Jakarta (ANTARA News) - Bukan mustahil jika lima tahun ke depan bakal berseliweran mobil merek "Esemka" di jalan-jalan raya di Indonesia. Merek itu bahkan bukan hanya untuk satu jenis, melainkan juga untuk SUV, minibus, sedan dan truk mini.

Upaya co-branding siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan perusahaan otomatif membuahkan hasil. SMK-SMK Indonesia, khususnya SMK otomotif, kini sudah mahir merakit karoseri kendaraan roda.

Ssiwa-siswa SMK itu pun diyakini bakal menjadi penerus kelahiran mobil nasional.

Salah satu SMK yang berperan merakit kendaraan roda empat adalah SMK Negeri 1 Singosari, Malang.

Sekolah itu memiliki keunggulan di bidang otomotif karena program keahlian di sana membuat siswa menjadi tenaga terampil di bidang perbaikan dan perawatan otomotif serta penguasaan teknologi mekanik, kata Direktur SMK Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Joko Sutrisno .

"Karoseri mobil buatan siswa SMK ini sudah semakin halus seperti produk mobil buatan Jepang. Mesinnya pun sudah enak terdengar. Sehingga layak untuk dipakai buat aktivitas harian," tambah Joko.

Teknologi mekanik yang dikembangkan SMKN 1 Singosari meliputi perbaikan motor bakar, kelistrikan, dan sasis kendaraan. Siswa dibekali kemampuan dasar kelistrikan, pengelasan, perbaikan dan penyusunan ulang.

Dengan kemampuan seperti iyu, Joko berharap SMK dilibatkan dalam pengembangan industri manufaktur Indonesia.

"Industri manufaktur seperti otomotif akan tumbuh dan bisa diawali oleh peran SMK," ujarnya.

Untuk mendukung langkah itu, beberapa SMK sedang mengupayakan co-branding dengan perusahaan otomotif, dua diantaranya adalah SMK Negeri 1 Singosari dan SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang.

"SMK otomotif kini sudah bisa merakit karoseri kendaraan roda empat," ungkap Joko.

Hasil karya anak bangsa itu akan ditawarkan kepada industri otomotif dalam negeri untuk dikembangkan menjadi lebih baik lagi.

"Industri otomotif dalam negeri yang akan membuat dan memasarkannya," katanya.

Zhangaro

Mobil rakitan karya siswa SMK untuk pertama kali dipamerkan di ajang LKS pada 2009, antara lain mobil jenis pikap yang diberi nama Zhangaro.

Mobil bermesin 1.500 cc itu dirakit sekelompok pelajar kelas XI jurusan otomotif SMK Negeri 10 Malang, Jawa Timur.

"Nama Zhangaro diambil supaya terdengar serem," kata konsultan PT Nasional Motor Muhammad Wahidin.

PT National Motor adalah konsultan pelaksana yang mengawasi kegiatan dan memberikan dukungan finansial untuk produksi otomotif SMK ini.

Siapa menduga pikap itu hasil karya siswa SMK, karena tampilannya tidak berbeda dengan mobil produksi Jepang atau negara produsen kendaraan roda empat terkenal lainnya.

Muhammad Wahidin, yang juga pengawas sekaligus pembina proyek pembuatan mobil, menuturkan, proses produksi kendaraan roda empat itu membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.

Proses produksi tahap awal mulai dari pembuatan rangka atau sasis yang berfungsi sebagai struktur dasar untuk menahan beban secara keseluruhan pada kendaraan roda empat itu.

Wahidin mengungkapkan, pembuatan sasisnya merupakan modifikasi gabungan antara buatan sendiri dan jenis kendaraan "Mitsubishi" jenis T10 SS, agar bisa meniru dan daya tahannya tidak terlalu jauh dengan mobil buatan Jepang.

Proses selanjutnya adalah pembuatan badan, yang juga mengombinasikan tipe kendaraan yang sudah ada dengan buatan sendiri.

Namun, khusus untuk badan bagian belakang, mereka merancang sendiri mulai dari rancangan, dempul, ketok, hingga pengecatan dan perakitan pada bagian mesin, serta proses penyelesaian.

Kendaraan yang diberi nama karoseri "Esemka", dari bunyi singkatan SMK, pada beberapa suku cadang mesin bagian dalam menggunakan produk luar negeri karena belum diproduksi di Indonesia.

Biaya pembuatan Zhangaro menghabiskan dana sekitar Rp 170 juta. Nilai itu tergolong tinggi, karena masih dalam tahap percobaan dan beberapa komponennya harus didatangkan dari luar negeri.

Namun, kata Wahidin, kendaraan itu ditargetkan bisa dihargai Rp60 juta - Rp70 juta per unit, karena pertimbangan efisiensi bahan pembuatan.

Selain SMKN 10 Malang, dua sekolah lain, yakni SMKN 6 Malang dan SMKN I Malang juga berhasil memproduksi mobilnya sendiri, yaitu minibus van bernama Rosa Van dan Digdaya 1.5. Proses pembuatannya mirip dengan Zhangaro.

"Program jangka panjangnya semoga pemerintah memberikan perhatian bagi siswa SMK yang berprestasi agar mampu menciptakan produksi mobil nasional," kata Wahidin.

Z003/s018/AR09

Oleh Zita Meirina
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010