Aden (ANTARA News) - Gerilyawan Al-Qaeda menyerang konvoi militer di Yaman selatan, Jumat, menewaskan 12 prajurit dan melukai tiga orang, kata seorang pejabat keamanan daerah.

Serangan itu dilakukan pada sejumlah mobil patroli militer yang membawa persediaan air untuk sebuah kamp pasukan di kota Lawdar di provinsi Abyan.

Militer melancarkan serangan-serangan terhadap militan Al-Qaeda di provinsi wilayah selatan itu pada tahun lalu.

Menurut sejumlah pejabat, gerilyawan menggunakan granat roket dan senapan mesin dalam serangan itu dan dua kendaraan militer dibakar.

Pada November, sehari setelah dimulainya pertandingan sepak-bola regional di Yaman, bom pinggir jalan meledak di Lawdar, menewaskan satu prajurit dan melukai dua orang yang berada di dalam sebuah kendaraan militer.

Ibukota provinsi Abyan, Zinjibar, menjadi tuan-rumah Gulf Cup ke-20, yang diikuti Yaman, negara-negara Arab Teluk dan Irak, dan even itu dianggap sebagai uji kemampuan Yaman untuk menjamin keamanan di wilayah selatan yang bergolak.

Yaman menempatkan 30.000 prajurit utuk menjaga ketenangan selama turnamen di wilayah selatan itu, yang telah menjadi lokasi bentrokan-bentrokan mematikan ketika pemerintah berusaha mengatasi aksi separatis dan kebangkitan sayap regional Al-Qaeda.

Yaman hingga kini juga masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan menjadi pangkalan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) dan tempat peluncuran bagi serangan-serangan dengan sasaran AS.

Dua paket bom ditemukan dalam perjalanan dari Yaman ke AS pada akhir Oktober -- satu di Inggris dan satu lagi di Dubai, dan AQAP mengklaim kedua rencana serangan itu.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan AQAP.

Para komandan militer AS telah mengusulkan anggaran 1,2 milyar dolar dalam lima tahun untuk pasukan keamanan Yaman, yang mencerminkan kekhawatiran yang meningkat atas keberadaan Al-Qaeda di kawasan tersebut, kata The Wall Street Journal bulan September.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember 2009.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember 2009.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini.
(M014/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011