Jakarta (ANTARA News) - Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui penawaran saham perdana (IPO) tidak identik dengan pemutusan hubungan kerja masal, tetapi justru di Indonesia selama ini berkaitan positif dengan kesejahteraan karyawannya.

Penegasan itu disampaikan Pandu Djajanto, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementrian BUMN, sembari menunjukan data jumlah karyawan di beberapa BUMN yang tidak mengalami pengurangan sejak melakukan IPO.

"Data itu menunjukan bahwa sinyalemen yang menyatakan bahwa privatisasi akan menyebabkan PHK masal tidaklah terbukti," kata Pandu dalam seminar bertajuk "Peningkatan Kinerja Dan Kesejahteraan Pekerja BUMN Melalui IPO" di Jakarta, Kamis (17/3).

Menurut data yang disodorkan Pandu terlihat beberapa BUMN seperti PT Telkom, PT Timah, PT Indosat, PT Antam, PT Semen Gresik, dan BNI, tidak mengalami pengurangan pekerja yang berarti setelah diprivatisasi.

Dari keenam perusahaan itu hanya Telkom yang mengurangi karyawan hampir lima ribu orang dan itu hanya karena mutasi ke anak-anak perusahaan.

Karenanya, Pandu berharap program IPO mendapat dukungan yang solid dari karyawan BUMN sehingga perusahaan negara bisa semakin berhasil. Dukungan itu bisa diberikan dengan meningkatkan kinerja sehingga skala usaha dan struktur permodalan BUMN semakin kuat.

"Peningkatan kinerja itu akan berdampak pada meluasnya skala usaha dan menguatnya struktur permodalan perusahaan yang tentu saja akan berpengaruh pada perbaikan remunerasi karyawan," ujar Pandu.

Dalam kesempatan itu Pandu menunjukan kinerja keuangan BUMN yang meningkat setelah melakukan IPO. Mengutip hasil pengujian 'Wilcoxon signed-rank test' ia menunjukan peningkatan penjualan riil rata-rata sebesar 142,56 persen.

Selain itu rata-rata laba bersih juga meningkat dengan melihat tingkat return on sales (ROS) dari 9,15 persen sebelum IPO menjadi 24,66 persen setelah IPO. Tingkat return on equity juga naik dari 11,5 persen menjadi 22,32 persen.

ROS merupakan rasio yang biasa digunakan untuk menghitung efisiensi operasional perusahaan atau juga dikenal sebagai margin laba operasi perusahaan. Sedangkan return on equity adalah rasio jumlah pendapatan bersih terhadap equity pemegang saham atau dengan kata lain berapa profit yang telah dihasilkan perusahaan dari uang yang telah diinvestasikan oleh pemegang saham.

Sementara rata-rata debt to equity ratio (rasio utang terhadap modal) juga semakin membaik dari 414,44 persen menjadi 203,77 persen setelah IPO, dari rata-rata modal 4,31 triliun menjadi 10,66 triliun setelah diprivatisasi.

(Ber/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011