Pasuruan (ANTARA News) - Akses menuju Gunung Bromo terputus, akibat badan jalan di ruas antara Dingklik - Laut Pasir, tepatnya di kawasan Pakis Bincil, Wonokitri, Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jatim, amblas tergerus banjir.

Ketua Koperasi Wisata Bromo Tenger Sejahtera Tosari, Trisno Sudigdo yang ditemui Sabtu mengatakan, jalan satu-satunya akses menuju Gunung Bromo (2392 mdpl) terputus sepekan lalu.

Akibatnya, wisatawan yang ke Bromo lewat Pasuruan tida bisa masuk ke Laut Pasir (kaldera). Begitu juga bagi wisatawan yang ke Bromo lewat Probolinggo, tidak bisa ke Puncak Penanjakan.

Sehingga, wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo pada saat ini menjadi tidak bisa menyaksikan panorama dari berbagai tempat strategis.

Trisno Sudigdo mengungkapkan, putusnya jalan akses menju Gunung Bromo tersebut, merupakan lanjutan kerusakan jalan antara Dingklik - Laut Pasir sejak dua tahun lalu.

Badan Jalan sepanjang sekitar 4,5 kilometer tersebut, telah rusak berat. Badan jalannya banyak yang tidak beraspal lagi, begitu juga sebagian bahu jalannya juga banyak yang runtuh.

Jalan yang kini terputus, lanjut Trisno, sebenarnya awalnya hanya kerusakan kecil saja, yakni gorong-gorong yang runtuh.

Namun karena kerusakaan tidak segera diperbaiki, kerusakan jalan makin membesar, gorong-gormgnya amblas tergerus banjir, sehingga jalan menjadi terputus sepanjang 5 meter dengan kedalaman 5 meter pula.

Trisno mengungkapkan, lambatnya perbaikan jalan tersebut, juga akibat tumpang tindihhnya kewenangan dalam kawasan wisata Gunung Bromo.

Dijelaskan, jalan yang kini rusak dan terputus posisinya berada di wilayah administratif Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Kendati demikian, jalan tersebut juga digunakan wisatawan, baik yang lewat Pasuruan maupun Probolinggo.

Sementara jalan yang rusak tersebut, juga beradadi kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Sehingga bagi Kabupaten Pasuruan keberadaan jalan tersebut menjadi bukan prioritas utama untuk diperbaiki. Sebab, jalan tersebut kurang memberikan kontribusi bagi pendapatan masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten Pasuruan.

Sedangkan TNBTS yang mendapatkan kontribusi pariwisata dari retribusi tiket masuk, serta royalti pengambilan gambar, dan foto tidak bersedia memperbaikinya.

Bahkan setiap ada jalan yang rusak, TNBTS selalu merekomendasikan Pemerintah Kabupaten Pasuruan untuk segera memperbaikinya, dan disebutkan pula jika telah selesai perbaikan agar diserahkan ke TNBTS.

Adanya kewenangan yang tumpang tindih serta tidak meratanya kontribusi, menjadikan masing-masing instansi saling lempar tanggung jawab terhadap perbaikan jalan.

Padahal, kawasan Gunung Bromo telah ditetapkan menjadi destinasi wisata bertaraf internasional, tapi pengelolaannya masih parsial.

Trisno Sudigdo berharap, semua pihak yang terkait hendaknya saling korodinasi untuk segera memperbaiki inftrastruktu di kawasan Gunung Bromo.(*)

(T.KR-MSW/C004)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011