Tikrit, Irak (ANTARA News) - Sebuah bom meledak di luar masjid yang sering dikunjungi pejabat provinsi di kota Tikrit, Irak tengah. Bom itu menewaskan sedikit-dikitnya 17 orang dan mencederai 50 lainnya yang baru selesai salat Jumat.

Serangan itu dilakukan sehari setelah rangkaian serangan bom terkoordinasi di Irak barat menewaskan 10 orang.

Dua anggota dewan provinsi Salaheddin dan seorang polisi senior luka dalam ledakan itu, yang terjadi pukul 12.45 waktu setempat (pukul 16.45 WIB) di Tikrit, 160 kilometer sebelah utara Baghdad, kata seorang pejabat keamanan dan seorang dokter.

"Kami menerima 17 mayat dan sekitar 50 orang yang terluka," kata dokter di rumah sakit Tikrit yang tidak bersedia disebutkan namanya.

"Di antara mereka yang cedera adalah dua anggota dewan provinsi dan Letnan Kolonel Polisi Khalil al-Ramul," katanya.

Seorang pejabat kementerian dalam negeri di Baghdad yang juga tidak bersedia disebutkan namanya mengkonfirmasi jumlah korban itu.

Bom tersebut disembunyikan di dalam sebuah tabung bahan bakar di pintu gerbang masjid itu, dimana para pejabat provinsi sering datang untuk menunaikan sholat Jumat, kata pejabat itu.

Serangan itu merupakan yang paling mematikan di Tikrit sejak penyerbuan Al-Qaeda pada 29 Maret di kantor dewan provinsi kota itu yang mengarah pada pertempuran berjam-jam dengan pasukan keamanan yang menewaskan 58 orang.

Pada pertengahan Januari, serangan bom bunuh diri menewaskan 50 orang di tengah kerumunan massa yang menunggu di luar pusat perekrutan polisi di kota itu, serangan besar pertama di Irak setelah pembentukan pemerintah baru pada Desember.

Pemboman Jumat itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.

Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April saja, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu.
(M014)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011