Kupang (ANTARA News) - Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Eko Maulana Ali dijadwalkan meresmikan makam Depati Amir bersama panglima perang Hamzah di Pekuburan Islam Batu Kadera, Kelurahan Airmata, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (21/9) mendatang.

Makam pahlawan dan panglima perang asal Bangka itu selesai dipugar oleh keturunan Amir sejak April 2011 lalu.

"Gubernur akan bersama sejumlah orang dalam satu rombongan dari Bangka Belitung terdiri muspida, keturunan Depati Amir, dan anggota DPRD Babel," kata Mochtar Bahren, generasi ke-IV Depati Amir kepada wartawan di Kupang, Selasa.

Dia mengatakan rombongan Gubernur Babel menurut rencana akan tiba di Kupang pada Selasa (20/9) ini, dan dilanjutkan dengan silaturahmi bersama Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, serta halal bi halal bersama seluruh keturunan Depati Amir yang tersebar di berbagai kabupaten di daerah kepulauan itu.

Dia mengatakan, pemugaran yang dilakukan terhadap makam Depati Amir dan panglima perangnya tersebut juga termasuk di dalamnya jalan setapak menuju pemakaman, lopo, dan pagar. .

Depati Amir yang menurut sejarah lahir pada 1805, merupakan putera sulung Depati Bahrin asal Bangka. Ia berperang melawan Belanda selama tiga tahun berturut-turut hingga tertangkap kemudian diasingkan ke Kupang dan wafat pada 1885.

Perjalanan dari Bangka ke Kupang membutuhkan waktu selama 11 bulan menggunakan kapal Uap Unrust. Selama pelayaran, ia bersama panglima perangnya Hamzah dirantai sehingga mengalami penderitaan yang luar biasa.

Sampai di Pulau Timor pun Depati Amir dan dan panglima perangnya Hamzah juga terus melanjutkan perjuangannya melawan penjajah Belanda bersama sejumlah raja Timor, yang menyebabkan persahabatan anatara kedua pejuang Babel dengan raja-raja Timor sangat kuat.

Hamzah yang menjadi panglima perangnya adalah saudara Amir, wafat pada 1900.

Depati Amir selain berperang melawan penjajah Belanda bersama raja-raja Timor, juga mendirikan masjid Al Ikhlas di Kelurahan Air Mata, serta mengajari warga tentang sistem pengobatan tradisional.

Sebelum wafat, kata Mochtar Depati Amir meninggalkan tiga wasiat kepada keturunannya yang menyebutkan "Di mana kaki ku dipijak, di situ langit di junjung, janganlah anak keturunanku mencari nama besarku, tetapi bila Allah SWT menghendaki akan datang dengan sendirinya,".

Selanjutnya, "bagi anak cucu, cicit dan keturunan selanjutnya janganlah pulang ke tanah Bangka untuk mencari harta kekayaanku. Sesungguhnya aku tidak punya harta, hartaku adalah ilmu dan semangat perjuanganku," kata Mochtar mengutip pesan Depati Amir Bin Bahren. (ANT)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011