Dubai (ANTARA News) - Mantan perdana menteri Libya Mahmoud Jibril, dalam pernyataan yang disiarkan Kamis (10/11), menuduh Qatar berusaha memainkan peran yang terlalu besar dalam urusan negerinya dan mendukung beberapa faksi yang tak disebutkan.

Qatar --negara Teluk Arab, pengeksport utama gas cair di dunia dan tempat saluran satelit yang berpengaruh, Al-Jazeera-- memang memainkan peran penting dalam persekutuan internasional yang membantu menjatuhkan Muamar Gadafi pada Oktober, setelah lebih dari 40 tahun ia berkuasa.

"Qatar telah memberi sangat banyak bagi revolusi Libya pada awalnya, dan telah dengan sungguh-sungguh memainkan peran yang tak dapat dilupakan," kata Jibril dalam satu wawancara yang disiarkan oleh stasiun televisi Al Arabiya --yang berpusat di Dubai, Uni Emirat Arab. Jibril mengundurkan diri pada Oktober --setelah tertangkap dan terbunuhnya Gadafi.

"Tapi sekarang saya kira Qatar berusaha memainkan peran yang lebih besar daripada potensinya yang sesungguhnya," kata Jibril tanpa memberi perincian, demikian laporan Reuters --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Jumat pagi.

Qatar, salah satu sekutu dekat AS, telah berusaha memainkan peran menonjol dalam berbagai konflik regional --seringkali dengan menjadi penengah dalam penyelesaian konflik termasuk di Yaman dan Sudan.

Awal tahun ini, Qatar memainkan peran utama bagi dikeluarkannya keputusan Liga Arab yang melicinkan jalan bagi resolusi Dewan Keamanan PBB guna melindungi warga sipil di Libya, setelah aksi perlawanan meletus di negara Afrika Utara tersebut pada Maret. Tentara dan pesawat Qatar juga ikut dalam misi pimpinan NATO di Libya.

Para pejabat Libya dan diplomat Barat telah mengatakan mereka percaya Qatar, salah satu negara paling kecil di dunia Arab, telah menyalurkan dana dan bantuan teknis buat para komandan militer di Libya.

Belum ada komentar dari Qatar mengenai pernyataan Jibril, tapi negara Arab itu membantah telah ikut campur dalam urusan negara lain, dan menyatakan Qatar menggunakan pengaruh dan sumber dayanya agar bermanfaat buat semua bangsa Arab.

Jibril menuduh AQatar memihak beberapa faksi tapi ia tak menyebutkan nama faksi tersebut dalam konflik di Libya.

"Yang sebenarnya ialah Qatar memiliki apa yang dapat disebut alat lunak --uang dan media. Tapi baik Qatar atau negara lain, semua negara ketika mereka mencapai kondisi yang disebut oleh para ilmuwan politik perluasan di luar kemampuannya, maka itu akan mengakibatkan putus di tengah."

Ia menyatakan Qatar sejak dulu selalu berusaha memainkan peran dalam konflik di seluruh wilayah tersebut, termasuk di wilayah bergolak Sudan dan dalam masalah Palestina.

"Peran Qatar di Libya, kalau itu peran yang memenuhi kepentingan rakyat Libya, maka itu akan disambut baik. Tapi ketika Qatar memihak pada satu faksi atau satu kelompok yang menentang bagian lain rakyat Libya, maka ini mungkin tak didukung oleh rakyat Libya ...," kata Jibril.

"Libya takkan berafiliasi pada satu negara atas lebih, baik itu Qatar atau ... Amerika Serikat atau Prancis atau Inggris. Kami berterima kasih kepada semua sekutu itu atas dukungan mereka untuk rakyat Libya, tapi saya kira rakyat Libya tak bisa menerima campur tangan asing atau pelanggaran apa pun terhadap kedaulatan mereka." (C003)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011