Tulungagung (ANTARA News) - Sebagian warga di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, kini sudah mulai mengkonsumsi tiwul atau sejenis penganan terbuat dari campuran jagung dan singkong yang ditumbuk lalu ditaburi kelapa parut.

"Beras sudah mulai susah, adanya cuma tiwul," kata Khotimah (37), warga Juragan, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Minggu.

Perempuan yang bekerja sebagai buruh tani itu biasanya mendapatkan jatah beras untuk rakyat miskin (raskin).

"Tapi sudah hampir tiga bulan ini, jatah itu sudah tidak ada lagi. Adanya tiwul, terpaksa itu yang dimakan sehari-hari," katanya.

Pengakuan senada dilontarkan Abu Bakar (44), warga Desa Wateskroyo, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung.

"Kebetulan saat panen jagung beberapa waktu lalu, harganya murah. Jadi tidak semuanya saya jual," katanya menuturkan.

Kebanyakan warga yang tinggal di kawasan selatan Kabupaten Tulungagung itu memanfaatkan jagung yang dipanen sebulan sebelumnya.

Saat musim panen beberapa waktu lalu, jagung di daerah itu jatuh hingga level terendah, yakni Rp1.800,00 per kilogram.

Padahal sebelum musim panen, harga jagung di tingkat petani mencapai Rp4.200,00 per kilogram.

Sebagian dari petani di Kabupaten Tulungagung menyimpannya untuk dijadikan tiwul pada saat beras susah didapat seperti saat ini.

Sementara itu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung tidak bisa berbuat banyak menghadapi sebagian warganya yang terancam krisis pangan itu.

"Alokasi dana untuk semua program terpaksa dipangkas untuk mencukupi gaji pegawai negeri terutama guru yang baru diangkat," kata Kabag Humas Pemkab Tulungagung, Wahyu Aji.

Sebelumnya Pemkab Tulungagung telah mengajukan penambahan Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2009 kepada pemerintah pusat.

Namun tidak mendapatkan tanggapan, sehingga beberapa alokasi dana untuk program lainnya dipangkas untuk memenuhi kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Tulungagung sebesar 15 persen dan pengangkatan Guru Tidak Tetap (GTT) sebagai PNS.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009