Yogyakarta (ANTARA News) - Kalangan pemerintah belum menganggap seni sebagai sebuah investasi yang menjanjikan dan memiliki nilai tambah ekonomi, kata Ekonom Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Anggito Abimanyu.

"Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) sebagai salah satu kegiatan tahunan semestinya dikelola dengan baik agar memberikan nilai tambah ekonomi dan berdampak pada perilaku masyarakat menjadi lebih berbudaya," kata dia dalam diskusi Kesenian, Manajemen, dan Strategi Pendanaan yang digagas Yayasan Biennale di Yogyakarta, Rabu.

Dia mengatakan dalam pelaksanaan FKY selama ini cenderung hanya menampilkan produk dan jasa.

"Cara pandang terhadap seni dan produknya semestinya diubah yaitu dengan meningkatkan nilai tambah ekonomi," kata dia.

Menurut dia, produk kesenian yang memberikan nilai tambah ekonomi hendaknya tidak hanya menghibur melainkan menjadi kebutuhan manusia dengan pengembangan kreativitas.

"Produk-produk seni akan memberikan nilai tambah jika diikuti dengan kemampuan pengelolaan wirausaha yang baik," katanya.

Menurutnya, industri kreatif dan produk seni saat ini semakin bervariasi sehingga seluruh pihak hendaknya mampu menangkap peluang tersebut dengan meningkatkan nilai tambah ekonomi.

Ia mengatakan dari sisi seniman hendaknya memiliki perencanaan dan pengelolaan kegiatan seni dengan visi yang jelas.

"Kalangan seniman juga harus terus menciptakan produk seni yang kreatif dan bekerja secara profesional karena di lapangan seringkali terjadi sejumlah persoalan, misalnya pengelolaan keuangan," katanya.

Ia mengatakan konsumsi produk seni dan industri kreatif di Indonesia tergolong tinggi karena mencapai 300 triliun pada tahun ini.

"Daya beli masyarakat yang semakin tinggi membuat konsumsi produk seni semakin meningkat sehingga peluang tersebut harus dimanfaatkan dengan baik," katanya.

Menurut dia, produk seni akan terus digemari karena jumlah konsumen yang merupakan golongan kelas menengah dengan pengeluaran dua dolar per hari terus bertambah.

Ia mengatakan masyarakat Indonesia selama ini tergolong sebagai masyarakat konsumtif dengan peringkat ketiga tertinggi di dunia.

"Setiap tahun jumlah konsumen kelas menengah yang menikmati produk seni dan industri kreatif mencapai tujuh juta orang di Indonesia.

Sementara itu, Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta Yustina Neni mengatakan diskusi mencoba menghitung manfaat kegiatan seni yang diinisasi oleh pemerintah maupun swasta. "Ada banyak kegiatan kesenian di Yogyakarta sehingga potensi ekonominya cukup besar," katanya.

Ia mengatakan diskusi mencoba melihat kemitraan yang mungkin dijalin antara pelaku kesenian dan pelaku bisnis untuk mencapai tujuan bersama. (ANT)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011