Kurkumin telah dikembangkan menjadi molekul baru yang mempunyai efek analgetika-antiinflamasi dan bisa dimanfaatkan sebagai terapi kanker.
Yogyakarta (ANTARA News) - Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menemukan 100 molekul baru kurkumin kunyit (curcuma longa) yang delapan di antaranya telah dipatenkan.

"Kurkumin telah dikembangkan menjadi molekul baru yang mempunyai efek analgetika-antiinflamasi dan bisa dimanfaatkan sebagai terapi kanker," kata peneliti kurkumin dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Supardjan, di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia di sela-sela seminar Kunyit Tinjauan Filosofis dan Ilmiah, berdasarkan penelitiannya, kunyit terbukti mengandung senyawa kurkuminoid yang berwarna kuning ternyata mengandung molekul kurkumin, demetoksin kurkumin, dan bisdemetoksin kurkumin.

"Untuk turunannya kurkumin ini bahkan sudah diteliti lebih lanjut. Turunan yang merah lebih ke antiinflamasi, sedangkan yang berwarna kuning lebih untuk melindungi hati (hepatotoksik)," katanya.

Ia mengatakan, kurkumin juga baik bagi penderita diabetes untuk mencegah tidak terjadi pembekuan atau penggumpalan darah.

"Saat ini kurkumin baru dikembangkan sebatas obat herbal dan belum dijadikan obat kimia karena membutuhkan uji klinis dengan waktu lebih lama dan membutuhkan biaya besar," katanya.

Menurut dia, tanaman kunyit banyak terdapat di Indonesia dan sudah digunakan oleh masyarakat secara tradisional baik sebagai makanan maupun obat.

"Penelitian ilmiah menunjukkan kunyit yang diketahui mengandung kurkumin itu telah terbukti mempunyai khasiat antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antikanker, dan antitumor," kata Supardjan.

Peneliti farmakologi Fakultas Kedokteran UGM Nyoman Kertia mengatakan, ekstrak rimpang kunyit juga efektif sebagai antiradang pada penderita penyakit sendi (osteoartritis).

"Ekstrak rimpang kunyit memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar malondialdehida (MDA) cairan sinovia sendi lutut," kata Kertia.

(B015/H010/F002)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012