Kabul (ANTARA News/Reuters) - Laporan rahasia tentara Amerika Serikat menyatakan Taliban, didukung Pakistan, diperkirakan merebut kembali kendali atas Afghanistan sesudah pasukan pimpinan NATO mundur dari negara itu, kata surat kabar "The Times" pada Rabu.

Letnan Kolonel Jimmie Cummings, juru bicara Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO, memastikan keberadaan naskah itu, tapi menyatakan itu bukan kajian siasat gerakan.

"Naskah rahasia bermasalah itu adalah kumpulan pendapat warga Taliban tertawan," katanya, "Itu bukan ulasan, juga bukan untuk dipertimbangkan sebagai ulasan."

Namun, itu bisa ditafsirkan penilaian memberatkan perang tersebut, yang memasuki tahun kesebelas dan untuk mencegah Taliban kembali berkuasa, atau mungkin untuk pengakuan kekalahan.

Itu juga dapat memperkuat pandangan pegaris keras Taliban bahwa kelompok tersebut tidak harus merundingkan perdamaian dengan Amerika Serikat dan pemerintah bermasalah Presiden Hamid Karzai, karena dalam keadaan kuat.

Naskah kutipan media Inggris "The Times" menyatakan bahwa badan kuat keamanan Pakistan, Sandi Antarlembaga (ISI), membantu Taliban dalam mengarahkan serangan terhadap pasukan asing.

Tuduhan itu menarik tanggapan kuat juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan Abdul Basit, yang mengatakan kepada kantor berita Inggris Reuters, "Kami bertekad tidak campur tangan di Afghanistan."

"The Times" menyatakan laporan sangat rahasia tersebut oleh tentara Amerika Serikat di pangkalan udara Bagram di Afghanistan diperuntukkan bagi perwira tinggi NATO pada bulan lalu. Jaringan berita Inggris BBC juga menyiarkan berita tentang naskah bocor itu.

Sebagian besar wilayah Afghanistan telah diserahkan kembali kepada pasukan keamanan Afghanistan, dengan pasukan tempur asing terakhir dijadwalkan meninggalkan negara itu pada akhir 2014.

Tapi, banyak warga Afghanistan meragukan pasukan keamanan, tentara atau polisi mereka mampu mengendalikan penuh salah satu negara paling rentan di dunia itu jika pasukan tempur asing pergi.

Kedutaan Amerika Serikat di Kabul menolak menanggapi laporan itu.

Tuduhan itu diduga kian menegangkan hubungan antara kekuatan Barat dengan Islamabad, yang sejak lama membantah mendukung kelompok keras, yang berusaha menggulingkan pemerintah dukungan Amerika Serikat di Kabul.

Menteri Luar Negeri Pakistan Hina Rabbani Khar berkunjung Kabul pada Senin untuk memperbaiki hubungan tegang dengan pemerintah Afghanistan dan bertemu dengan Karzai untuk membahas kemungkinan pembicaraan perdamaian dengan Taliban.

Pakistan meninjau hubungan dengan Amerika Serikat, yang merosot akibat serangan sepihak Amerika Serikat, yang menewaskan Osama bin Laden di tanah Pakistan pada Mei 2011 dan mempermalukan jenderal kuat Pakistan.

Serangan udara NATO lintas perbatasan pada 26 November 2011, yang menewaskan 24 tentara Pakistan memperdalam kemelut itu, dengan mendorong Islamabad menutup jalur pasokan untuk pasukan NATO di Afghanistan.

Pakistan dinilai penting untuk upaya Amerika Serikat menenangkan Afghanistan.

Islamabad menolak tekanan Amerika Serikat memburu kelompok pejuang, seperti Taliban dan jaringan Haqqani, dan berpendapat bahwa pendekatan Washington salah dalam menghadapi kenyataan rumit di lapangan.

Pakistan menyatakan Washington seharusnya mencoba membawa semua kelompok keras ke upaya perdamaian dan takut pengeluaran pasukan tempur pada 2014 secara terburu-buru akan menjerumuskan wilayah itu ke kekacauan seperti setelah Soviet mundur pada 1989.

"Mereka (Taliban) tidak memerlukan dukungan. Setiap orang tahu bahwa sesudah 10 tahun, mereka (NATO) belum mampu mengendalikan satu propinsi pun di Afghanistan, karena kebijakan salah mereka," kata Senator Pakistan Tariq Azim, anggota Panitia Pertahanan Senat, kepada Reuters.

Juru bicara Pentagon George Little mengatakan, "Kami telah lama prihatin pada hubungan antara unsur ISI dan beberapa jaringan pengacau."

Little menyatakan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta juga sudah menjelaskan bahwa ia percaya bahwa perlindungan di Pakistan tetap menjadi masalah penting dan perlu ditangani oleh pejabat Pakistan.

Temuan naskah itu didasarkan atas pemeriksaan terhadap lebih dari 4.000 pejuang Taliban dan Alqaida tertawan, kata "Times", dengan menambahkan bahwa hanya beberapa orang diketahui sebagai gerilyawan.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan Departemen Luar Negeri Inggris menolak menanggapi laporan tersebut.

Meskipun hadir sekitar 100.000 tentara asing, kekerasan di Afghanistan berada di titik terburuk sejak Taliban digulingkan pasukan Afghanistan dukungan Amerika Serikat pada 2001, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Taliban pada Januari 2012 mengumumkan akan membuka kantor politik di ibu kota Qatar, Doha, untuk mendukung kemungkinan perundingan perdamaian dengan Amerika Serikat.

Tapi, ada juga pembicaraan tentang upaya mengadakan pembicaraan terpisah di Arab Saudi, karena Karzai khawatir pemerintahnya dikesampingkan oleh pembicaraan Amerika Serikat dengan Taliban.

Laporan itu dapat meningkatkan kepercaya-dirian Taliban dan membuat pemimpinnya kurang mau memberi kelonggaran pada tuntutan utama Amerika Serikat akan gencatan senjata dan pemberontakan itu meninggalkan kekerasan serta memutus semua hubungan dengan Alqaida.

Dengan berharap mendapatkan kepercayaan dengan warga masih dihantui kenangan akan kekuasaan keras Taliban pada 1996-2001, kelompok itu mencoba memperbaiki citra saat pejuangnya memerangi pasukan NATO dan Afghanistan.

"The Times" menyatakan naskah itu menyebutkan bahwa Taliban mendapatkan ketenaran sebagian akibat gerakan keras Islami tersebut menjadi lebih menenggang.

"Masih harus dilihat apakah Taliban menguat dan lebih maju ingin bertahan jika mereka terus mendapatkan kekuasaan dan ketenaran," kata laporan tersebut.

"Apapun, pada akhirnya dalam Taliban, catri teperbarui itu sudah memiliki dampak bagus terhadap moral," katanya.

Pengulas terkemuka keamanan Pakistan Imtiaz Gul menjelaskan bahwa laporan itu membahayakan, dengan menyatakan pasukan keamanan Afghanistan dengan dukungan masyarakat antarbangsa akan menolak setiap pengambilalihan oleh Taliban.

(Uu.B002/M016)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012