Rasa malu sering terasa memudar tergesur oleh nilai-nilai yang materialistik, kepentingan sesaat, dan jalan pintas,"
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai masih terjadinya kasus korupsi, kongkalikong, kekerasan, fitnah, caci maki dan berbagai perilaku yang mengumbar keburukan merupakan tanda merosotnya rasa malu dalam kehidupan masyarakat.

"Rasa malu sering terasa memudar tergesur oleh nilai-nilai yang materialistik, kepentingan sesaat, dan jalan pintas," kata Presiden Yudhoyono saat menghadiri perayaan tahun baru Imlek nasional 2564 di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa sore.

Pernyataan itu dikemukakan Presiden Yudhoyono saat mengapresiasi tema perayaan Imlek nasional kali ini yaitu "Rasa Malu Besar Artinya bagi Manusia" yang disebutnya amat tepat dan relevan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara yang kini terus berlangsung.

Kepala Negara menilai merosotnya rasa malu masyarakat tentu merupakan sesuatu hal yang memprihatinkan.

"Rasa malu hakikatnya meneguhkan suatu ajaran bahwa manusia harus memproteksi diri dan menghindarkan diri dari perbuatan tercela," katanya.

Ia kemudian mengimbau masyarakat Indonesia untuk menegakkan tiga hal mendasar demi kebaikan bersama, yaitu kebajikan sebagai akhlak mulia pengendali diri, semangat dan kebersamaan dalam perilaku sosial dan politik, dan berkeseimbangan dalam berprilaku.

Pada kesempatan itu Presiden juga mengingatkan agar masyarakat memanfaatkan momen tahun baru untuk bersyukur dengan memanjatkan doa agar senantiasa diberi ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan.

"Saya ingin mengingatkan sekali lagi bahwa pergantian tahun bukan untuk berhura-hura atau berpesta pora," katanya seraya mengajak rakyat Indonesia untuk menjadikan tahun baru sebagai ladang amal untuk berbuat kebajikan dan meningkatkan kepedulian sosial terhadap sesama.

Presiden mengatakan ada sebagian rakyat Indonesia yang tertimpa bencana, antara lain banjir dan longsor, atau mengalami kesulitan hidup.

"Ini saatnya bagi kita tunjukan kesetiakawanan, rasa kebersamaan dan solidaritas dengan sesama. Kesetiakawanan kita harus makin kuat dan kokoh. Kebersamaan tidak boleh terpisahkan oleh perbedaan etnis, agama, apalagi perbedaan politik," katanya.

Turut mendampingi Presiden Yudhoyono dalam kesempatan itu antara lain Ibu Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, Ibu Herawati Boediono, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kapolri Jendral Polisi Timur Pradopo,dan sejumlah staf khusus Presiden. Hadir pula Ibu Shinta Nuriyah Wahid dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahya Purnama.

Acara tersebut juga dimeriahkan oleh seni pertunjukan Barongsai dan warna merah yang sangat identik dengan masyarakat Tionghoa.
(G003/M026)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013