... wong cilik yang harus berjuang untuk tetap bertahan dalam mengarungi kehidupan yang serba susah... "
Yogyakarta (ANTARA News) - Realitas kehidupan dengan semua romantikanya dihadirkan Harsono Sapuan dan Yan Santana dalam 15 karya lukisan mereka. Pameran karya-karya tentang wong cilik itu dinamakan "Rekiplik Bagong", yang menyuratkan kesusahan rakyat jelata itu. 

"Lukisan itu menyiratkan fenomena di kalangan wong cilik yang harus berjuang untuk tetap bertahan dalam mengarungi kehidupan yang serba susah," kata pemerhati seni rupa, Purwadmadi, di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia di sela pameran "Rekiblik Bagong", lukisan merupakan cara wong cilik membahasakan dirinya di tengah-tengah perubahan. Hal itu divisualkan Sapuan secara simbolik figuratif-ornamentik.

"Lukisan karya Santana mampu merespons kehidupan melalui media visual yang lugas tetapi tetap bersahaja," katanya.

Ia mengatakan, baik Sapuan maupun Santana berbicara melalui lukisan dengan bahasa yang sama: mengalir, menafsir, dan menaksir realitas kehidupan dalam bahasa bersahaja, setengah bergumam, dan berbisik dalam memaparkan makna kehidupan.

"Karya-karya yang dipamerkan itu mengingatkan teknik produser rekaman musik dalam mengemas album. Pameran lukisan itu menyuarakan diri sendiri, karya, dan perasaan orang kebanyakan," katanya.

Sapuan adalah pelukis lulusan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, sedangkan Santana adalah pelukis otodidak murni yang menyatu dalam pergaulan kesenian dan kesenimanan.

"Kedua pelukis itu melakukan proses pematangan, mengasah diri dalam pergaulan hidup sehari-hari, pekerjaan dan peristiwa seni, dan pranata kehidupan sosial lainnya," katanya.

(B015/H008)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013