... Indonesia perlu mengirimkan pesan perdamaian yang terang kepada Korea Utara... "
Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Young-sun, mengatakan, Indonesia dapat mengambil peran konstruktif meredam ketegangan di Semenanjung Korea yang intensitasnya terus meningkat beberapa waktu terakhir.

"Saya berharap Indonesia dapat memainkan peran konstruktif untuk mempererat hubungan antar dua negara Korea, mengingat Indonesia memiliki hubungan baik bersama Korea Utara dan Korea Selatan," kata Kim, di Jakarta, Jumat.

Menurut Kim, Indonesia sangat cocok memainkan peran konstruktif itu mengingat pengalaman yang cukup kuat dalam menengahi dan ikut membantu penyelesaian berbagai konflik di kawasan Asia-Pasifik.

"Indonesia merupakan salah satu negara pemimpin kawasan ini (Asia Tenggara), maka peran konstruktif merupakan peran yang tepat," ujar dia.

Sebagai ilustrasi, Indonesia pernah sukses memfasilitasi proses rekonsiliasi faksi-faksi bertikai di Kamboja melalui forum Jakarta Informal Forum I dan II. Inisiatif Indonesia pada masa Orde Baru itu masih menjadi acuan bagi banyak negara di dunia.

Dari sisi historis, Presiden Soekarno berteman baik dengan pemimpin Korea Utara (saat itu), Kim Il-sung. Puterinya, Megawati Sekarnoputri, yang kemudian juga menjadi presiden Indonesia, juga melewati masa kebaikan hubungan baik kedua negara itu, bersama putera Kim senior, Kim Jong-il.

Bahkan, Soekarno memberi hadiah sekaligus kenangan pertalian hubungan baik kedua negara itu kepada Kim senior melalui bunga anggrek dendrobium silangan khusus, yang diberi nama Dendrobium kim il-sungia. Bunga untuk kakek pemimpin masa kini Korea Utara, Kim Jong-un, itu mudah dijumpai hingga kini. 

Duta Besar Kim menjelaskan, "Indonesia perlu mengirimkan pesan perdamaian yang terang kepada Korea Utara supaya mengikuti koordinasi dengan komunitas dunia internasional. Saya yakin penanaman kepercayaan antar kedua Korea yang menjadi kunci menuju penghentian ketegangan perlu mendapat sokongan dari dunia internasional."

Kim menyebutkan di tengah sorotan dan berbagai peringatan dari dunia internasional, Korut tetap meluncurkan senjata hulu ledak jarak jauh pada 12 Desember 2012 dan melangsungkan percobaan nuklir pada 12 Februari 2013.

"Korut juga belakangan berkali-kali berupaya meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea melalui serangkaian pernyataan provokatif," katanya.

Menurut dia, serangkaian retorika berperang dari Pyongyang memiliki dua tujuan utama, yaitu untuk meningkatkan soliditas dan kepercayaan kekuatan dalam negeri, serta untuk mendesak dunia internasional menerima Korut sebagai salah satu negara nuklir.

Pemerintah Korsel pada dasarnya menginginkan ada perubahan hubungan antara kedua negara Korea dari saling curiga dan penuh konfrontasi menjadi kedamaian berbasis kepercayaan.

Meski demikian, Dubes Kim menegaskan pemerintahnya tidak akan tinggal diam apabila pihak Korut melakukan provokasi yang sudah dianggap berlebihan.

"Kami akan siap merespon provokasi yang lebih lanjut dari Utara dan tetap beriringan bersama dunia internasional untuk mengingatkan mereka (Korut) supaya melupakan ambisi mereka menguasai senjata nuklir serta menjadi anggota yang bertanggung jawab dalam hubungan global," kata Kim.

(G006/B011)

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013