Jakarta (ANTARA News ) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedang mengkaji berbagai aspek teknologi dalam rangka mempersiapkan kartu tanda penduduk elektronik generasi kedua yang akan digunakan untuk penggantian KTP elektronik berikutnya.

"E-KTP yang berlaku sekarang punya masa lima tahun, setelah itu ganti baru. Tapi lima tahun dipandang terlalu singkat untuk sebuah e-KTP berbasis smart card dengan manfaat luas. Karena itu e-KTP generasi kedua nanti, bisa jadi lebih panjang masa berlakunya," kata Kepala Bidang Sistem Elektronik Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi BPPT Dr M Mustafa Sarinanto di Jakarta, Rabu.

KTP elektronik generasi kedua itu, ujarnya, akan lebih lengkap dan lebih disempurnakan, misalnya dalam hal kapasitas chip yang diharapkan akan bisa diperbesar dan memuat lebih banyak data pemegang KTP.

"E-KTP juga akan lebih multifungsi, karena dimungkinkan untuk menggunakan aplikasi `on-card`, dimana suatu instansi pemerintah yang melayani publik bisa menanamkan program di dalam e-KTP sebagai bagian dari sistem yang mereka kembangkan," katanya.

Dikatakannya, teknologi kartu pintar pada KTP elektronik memang memungkinkan pengembangan pemanfaatan KTP elektronik dari fungsi tunggal sebagai otentikasi identitas, menjadi multifungsi untuk berbagai kebutuhan seperti untuk kartu jaminan kesejahteraan sosial, kartu bantuan langsung tunai dan lain-lain.

"E-KTP generasi kedua juga akan ditingkatkan `security`-nya (keamanan) sesuai perkembangan zaman. Selain itu akan ditingkatkan pula tingkat komponen dalam negerinya seperti chip dan biometriknya yang seharusnya sudah dibuat di dalam negeri," katanya.

Sementara Kepala BPPT Dr Marzan A Iskandar mengatakan, saat ini pihaknya juga masih terus menyempurnakan prototipe "card reader" hasil desain BPPT yang hasil akhirnya diharapkan bisa diluncurkan sebagai produk nasional pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 10 Agustus 2013.

"Saat itu akan disepakati berapa kebutuhan nasional terhadap card reader, industri dalam negeri mana yang akan memproduksi prototipe ini secara massal, kalau bisa seluruhnya diproduksi di dalam negeri, jangan ada card reader impor. Lalu pada 2014 card reader itu diharapkan sudah bisa dimanfaatkan di berbagai lembaga," katanya.

Kepala Program Penelitian dan Perekayasa e-KTP BPPT, Gembong Wibowanto mengatakan, prototipe card reader pertama BPPT dihasilkan pada 2011, lalu prototipe kedua pada Februari 2012 yang sudah bisa membaca sidik jari, dilanjutkan prototipe ketiga pada akhir 2012.

"Prototipe terakhir ini telah mampu membaca kartu dalam 10-15 detik. Ini masih terus kami sempurnakan, misalnya apakah bisa lebih cepat lagi, atau apakah dimensinya bisa lebih diperkecil," ujarnya.

Pembaca kartu pintar tersebut dibutuhkan untuk mengetahui keaslian kartu tersebut dan apakah pemegang kartu adalah pemilik asli kartu tersebut, ujarnya.

Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013