Kita harus lupakan suku bunga `single digit`.
Jakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) mengemukakan suku bunga kredit perbankan sedang menuju dua digit atau di atas 10 persen.

"Kita harus lupakan suku bunga `single digit`. Kita sedang memasuki area normal baru di mana suku bunga perbankan, terutama kredit akan di atas 10 persen," ujar Ketua Perbanas, Sigit Pramono, di di sela Seminar ASEAN Economic Community 2015 di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, meningkatnya suku bunga itu nantinya akan mendorong terjadinya biaya di dunia usaha bertambah, karena bunga kredit yang dibayarkan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.

"Suku bunga naik 1--2 persen, asalkan pasokan dananya dari perbankan ada tidak masalah. Daripada bunga rendah tapi pasokan dananya minim. Itu akan menjadi masalah buat mereka," katanya.

Ia menambahkan naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) juga dinilai tidak akan mempengaruhi target kredit perbankan hingga akhir tahun ini. Namun dampaknya baru akan terasa tahun depan.

Sigit juga mengatakan bahwa regulator harus terus mengawasi likuiditas perbankan yang sudah semakin ketat, meski secara umum terlihat memiliki kinerja baik. Selain itu, kredit macet (non performing loan/NPL) juga perlu diwaspadai.

"Likuiditas itu ibarat penyakit jantung, bisa berhenti. Kalau NPL seperti `kanker` yang perlahan-lahan. Kalaupun keadaan memburuk, NPL tidak akan naik seketika, kecuali bank itu sejak awal melakukan praktek pemberian kreditnya tidak `prudent`, kalau terkena krisis sedikit langsung `collapse`," demikian Sigit.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013