Partai Islam yang melirik Dino itu, merupakan sesuatu langkah yang progesif dan cukup bagus. Namun, akan terjadi tarik menarik yang kuat lantaran parpol mempunyai kepentingan masing-masing,"
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, Yuliandre Darwis mengapresiasi jika ada partai politik berbasis Islam melirik peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat Dino Patti Djalal.

"Partai Islam yang melirik Dino itu, merupakan sesuatu langkah yang progesif dan cukup bagus. Namun, akan terjadi tarik menarik yang kuat lantaran parpol mempunyai kepentingan masing-masing," kata Yuliandre dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu.

Selain itu, dia menilai kejutan jika partai Islam melirik Dino karena cenderung masih mengkotak-kotakan. Namun, dia memperkirakan Dino dinilai mampu mengatasi pengkotak-kotakan tersebut.

"Menurut saya itu sebuah kejutan karena selama ini orang membuat komunitas belum bisa berpartai politik," ujarnya.

Yuliandre menilai partai Islam perlu memikirkan kepemimpinan alternatif yang mampu membawa perubahan. Selain itu, menurut dia harus mengakomodasi semua kepentingan untuk memajukan Indonesia dengan langkah dan strategi yang matang.

"Kredibilitas sosok alternatif bagi partai Islam itu ada di Dino," ujarnya.

Dia menilai parpol Islam mencoba merombak tradisi yaitu bahwa rakyat Indonesia menginginkan sesuatu alternatif. Di sisi lain menurut dia, Dino dinilai sebagai tokoh alternatif untuk disandingkan dengan dalam partai Islam.

"Kalau menurut elektabilitas harus dengan survei mengenai pandangan masyarakat namun untuk salurannya maka harus dibuka (parpol Islam terhadap tokoh alternatif)," ujarnya.

Menurut dia, masyarakat saat ini sudah memahami dan semakin cerdas terhadap konsep pembangunan yang bukan sekadar pencitraan.

Dia menilai masyarakat jenuh dengan pola-pola pencitraan dan opini-opini yang tidak merasakan manfaat dari "blusukan" yang dilakukan pemimpin.

"Masyarakat ingin tahu seperti apa (langkah konkret) bukan janji-janji," tegasnya.(*)

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014