Jakarta (ANTARA News) - Kapusformas Kemenkominfo Gatot S. Dewa Broto memperkirakan teknologi akses data nirkabel tingkat tinggi Long Term Evolution (LTE) di Indonesia akan mengggunakan frekuensi 1.800 MHz yang selama ini masih digunakan oleh GSM.

"Sampai saat ini masih dikaji tapi naga-naganya akan menggunakan frekuensi 1.800 MHz yang sekarang masih digunakan oleh seluler GSM," kata Kepala Pusat Informasi dan Humas (Kapusformas) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Gatot S. Dewa Broto di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, sampai saat ini memang ada sejumlah regulasi yang ditunggu oleh publik terkait penerapan internet generasi terbaru LTE di Indonesia.

Gatot menambahkan, saat ini memang sudah ada beberapa operator yang menawarkan dan mengomersalisasikan LTE kepada masyarakat.

"Tapi frekuensi mereka masih di 2,3 MHz, itu coveragenya masih lokal. Kalau yang 1.800 MHz itu nantinya untuk cakupan nasional," katanya.

Pihaknya sampai saat ini sedang mengkaji secara khusus terhadap penggunaan frekuensi 1800 MHZ, yang di antaranya secara bertahap direncakanan dapat dipakai untuk LTE.

Oleh karena itu penataan di pita 1800 MHz akan menjadi prioritas sebelum bergulirnya LTE pada pita ini.

"Nanti kalau regulasi beres, baru kami akan lelang," katanya.

Kementerian Kominfo mengamati perkembangan kurang sehat pada industri CDMA 850 MHz.

Sempitnya lebar pita yang dimiliki tiap operator dan bersatunya teknologi generasi lanjut/4G ke dalam standar 3GPP (LTE) menjadi salah satu penyebabnya.

Menkominfo menginstruksikan BRTI untuk mendalami dan mencari solusi upaya menyehatkan industri di pita frekuensi ini.

Beberapa masukan seperti mengganti teknologinya menjadi teknologi yang netral untuk menuju LTE, kerjasama operasi, bahkan akuisisi dan merger, menjadi bahan pertimbangan.

PCS-1900 menyisakan masalah kurang bersihnya beberapa blok frekuensi di pita 2100 MHz (3G).

Migrasi penyelenggara jaringan di frekuensi ini ke pita lain dapat menyelesaikan masalah interferensi secara komprehensif yang ada sejak 2006.

Pada pita 2300 MHz yang sudah ditempati (2360--2390 MHz) sudah diberlakukan teknologi netral.

Dengan demikian pita frekuensi ini yang paling siap untuk melakukan implementasi LTE versi TDD. BRTI sedang melakukan kajian untuk frekuensi lainnya pada pita ini (2300--2360 MHz).

Jadi, kata Gatot, roll-out LTE akan tergantung pada proses penataan 1800 MHz dan CDMA-850 untuk versi FDD serta migrasi PCS-1900 dan penataan 2300 MHz untuk versi TDD.

"Kesiapan para penyelenggara jaringan telekomunikasi tentunya ikut menentukan karena merekalah yang akan melakukan investasi perangkatnya. Perkiraan antara akhir Q3-2014 untuk LTE-TDD dan pertengahan 2015 untuk LTE-FDD merupakan estimasi optimisnya," katanya.

3GPP Long Term Evolution atau yang biasa disingkat LTE adalah sebuah standar komunikasi akses data nirkabel tingkat tinggi yang berbasis pada jaringan GSM/EDGE dan UMTS/HSPA.

Jaringan antarmuka-nya tidak cocok dengan jaringan 2G dan 3G, sehingga harus dioperasikan melalui spektrum nirkabel yang terpisah.

Teknologi ini mampu download sampai dengan tingkat 300mbps dan upload 75mbps.

Layanan LTE pertama kali diadopsi oleh operator seluler TeliaSonera di Stockholm dan Oslo pada tanggal 14 desember 2009.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014