Tangerang (ANTARA News) - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Emirsyah Satar mengatakan siap mengambil rute Merpati apabila terdapat rute penerbangan Merpati yang cocok dengan Garuda.

"Kalau kita bisa melakukan, ya kita lakukan. Rutenya saja ya. Tetapi kami belum tahu rute-rutenya Merpati, tentunya kalau bisa dilayani oleh ATR atau pesawat kita, kita akan lakukan," kata Emir usai memberi keterangan pers "Laporan Kinerja Keuangan Garuda" di kantor Garuda Indonesia, Tangerang, Senin.

Emir menegaskan Garuda Indonesia tidak menangani rute penerbangan Merpati dengan pesawat kecil atau perintis.

"Karena Merpati kan punya pesawat lebih kecil tetapi Garuda nggak punya pesawat kecil," ujar Emir.

Sementara itu, Emir belum memberi kepastian sikap apakah Garuda akan yang memiliki saham 3,6 persen dari Merpati itu akan mengambil Merpati atau tidak.

"Garuda ini kan Tbk, jadi apapun langkah korporasi yang kita lakukan itu harus meningkatkan value pada Garuda, karena kita Tbk. Dan kita harus open. Jadi sampai saat ini kita belum melakukan apa apa, kita juga belum ditawarkan," jelas Emir.

Sementara itu, PT Citilink yang merupakan anak perusahaan Garuda Indonesia telah mengajukan kepada Kementerian Perhubungan untuk mengambil rute Merpati.

Direktur Utama PT Citilink Arif Wibowo mengungkapkan, perusahaannya mengakukan ambil alih rute penerbangan untuk wilayah Indonesia Timur.

"Kita sudah mengajukan ke Kementerian Perhubungan tapi kan ada rute yang baling-baling yang nggak bisa kita ambil. Jadi kita akan mengajukan untuk di Indonesia Timur dimana Citilink nggak punya," kata Arif.

"Saya ingin rute ke Indonesia timur seperti Papua. Pokoknya yang basisnya Makassar. Saya belum bisa declare nanti orang minta semua lagi," tambahnya.

Kondisi Merpati saat ini terbebani utang sekitar Rp6,7 triliun. Padahal restrukturisasi perusahaan tersebut sudah dijalankan sejak tahun 2005 dengan penyuntikan dana dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN), pemberian dana subloan agreement (SLA) untuk pembelian investor.

Perusahaan penerbangan "plat merah" tersebut telah menghabiskan dana hingga sekitar Rp3,6 triliun untuk menyelamatkan Merpati namun hingga kini belum membuahkan hasil.

Saat ini, Merpati mengalami defisit kas perusahaan, penghentian operasi sejumlah rute penerbangan, tunggakan asuransi, hingga tunggakan biaya gaji karyawan. (M047)

Pewarta: Monalisa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014