Bagaimana Bali bisa maju jika kesehatan tidak ditangani secara serius.
Denpasar (ANTARA News) - Peserta Konvensi kandidat calon presiden (capres) Partai Demokrat, Anies Baswedan, kembali melakoni debat capres konvensi yang kelima di Hotel Aston, Denpasar, Bali Selasa malam.

Capres konvensi termuda itu beradu argumen dengan Irman Gusman, Pramono Edhie, dan Sinyo Harri Sarundajang.

Anies Baswedan dalam debat tersebut mengajukan banyak gagasannya, terutama menyangkut kesehatan masyarakat Pulau Dewata.

"Bagaimana Bali bisa maju jika kesehatan tidak ditangani secara serius. Data Indonesia Governance Index anggaran kesehatan per kapita di Bali hanya sekitar Rp20.000, angka yang relatif kecil," jelas Rektor Paramadina ini.

Ia menambahkan anggaran kesehatan Bali menempati urutan ke-25 dari 34 provinsi di Indonesia. Faktor kesehatan harus menjadi fokus sebelum melihat bidang-bidang lain.

"Tantangan perubahan budaya misalnya tentu bervariasi, tapi jika perut lapar dan tidak sehat sulitnya akan menjadi berlipat ganda. Oleh sebab itu kesehatan per kapita menjadi fokus penting," tegas Mantan Ketua Komite Etik KPK ini.

Pada kesempatan itu, Anies mengapresiasi spiritualisme di Bali yang menurutnya sangat terlihat dari kegiatan sehari-hari.


Spiritualisme Bali


Anies Baswedan dalam debat yang dipandu Thamrin Tamagola, Sosiolog UI, selaku moderator menyoroti mengenai pengembangan pariwisata, kekayaan kearifan lokal Pulau Dewata.

Para capres konvensi ditantang memaparkan gagasannya mengenai kearifan lokal dan pariwisata Bali.

Anies Baswedan, capres konvensi termuda mengapresiasi dan salut pada nilai spiritualisme Bali yang menurutnya sangat otentik.

"Ketika orang datang ke Bali betapa pesona spiritualisme bukan artifisial tapi muncul di setiap ekspresi keseharian," ujar Rektor Universitas Paramadina ini.

Menurut Mantan Ketua Komite Etik, pilar itulah yang perlu didorong dan diperkokoh di Bali. Untuk mendorong kebudayaan lokal terus hidup dan diwarisi oleh generasi mudanya, harus ada semangat untuk mengartikulasikan kebudayaan dalam bahasa yang dipahami anak muda.

"Kita yang sadar harus menawarkan tradisi dan adat yang dipahami anak muda, bukan melarang anak muda menerima hal-hal baru," tegasnya.

Dalam debat ini Wakil Ketua Komite Konvensi yang juga mantan Ketua KPK, Taufiqurahman Ruki menegaskan konvensi bukan untuk memenangkan Pramono Edhie.

"Kesebelas peserta punya kesempatan yang sama," tukas Anies Baswedan.



Aktivitas Pariwisata

Anies Baswedan pada kesempatan itu juga memaparkan gagasannya dalam bidang pariwisata, yang terkait erat dengan kesejahteraan masyarakat setempat.

"Ketimpangan ekonomi harus dibereskan agar masyarakat Bali menjadi tuan rumah di Tanah Bali," buka Anies dalam debat konvensi yang kelima ini.

Ia kemudian menuturkan strategi yang dapat dilakukan untuk dunia pariwisata yakni akses kredit bagi aktivitas pariwisata dan kesenian harus difasilitasi negara.

Oleh sebab itu negara harus memfasilitasi dan membiarkan masyarakat tumbuh berkembang. Selain mencermati pariwisata di Bali, dalam debat kali ini Anies juga berbicara mengenai dana kesehatan per kapita di Pulau Dewata yang masih minim.

(I006)

Pewarta: I Ketut Sutika
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014