Aden (ANTARA News) - Militan Al Qaida di Yaman mengeksekusi salah satu anggota mereka Kamis setelah menuduhnya melakukan aksi mata-mata untuk AS, kata seorang pejabat keamanan.

Pria itu dieksekusi oleh regu tembak dan mayatnya dipamerkan di sebuah stadion sepak-bola dekat Shehr di provinsi wilayah tenggara, Hadramawt, yang merupakan pangkalan Al Qaida, kata sumber itu, lapor AFP.

Ketika polisi tiba di lokasi kejadian, pria itu digantung dengan bendera Al Qaida yang berwarna hitam dan putih dengan tulisan "Seorang mata-mata AS di Semenanjung Arab."

Sebuah pernyataan juga ditemukan, dimana AQAP mengancam akan mengeksekusi setiap penyusup yang membaur di kalangan muslim.

"Mata-mata ini adalah kekuatan penyerang yang membuat pasukan salib AS musuh bisa menjangkau kami," katanya.

Militer AS mengoperasikan seluruh pesawat tak berawak yang terbang di Yaman untuk mendukung upaya pemerintah Sanaa menumpas Al Qaida, dan serangan-serangan itu menewaskan puluhan militan dalam setahun terakhir.

Serangan pesawat tak berawak AS di Yaman utara pada Rabu menewaskan empat terduga anggota Al Qaida, termasuk seorang veteran perang Irak.

Serangan-serangan pesawat tak berawak AS menyulut kecaman dari para aktivis hak asasi manusia, yang menyatakan bahwa banyak warga sipil tak berdosa menjadi korban.

PBB mengatakan, 16 warga sipil tewas dan sedikitnya 10 orang cedera ketika dua rombongan pernikahan menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak pada awal Desember.

Korban telah disalahdugakan sebagai anggota Al Qaida, kata PBB mengutip beberapa pejabat setempat.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014