Itu harus kita lakukan, karena kalau tidak akan justru mempercepat habisnya energi minyak kita dan kita akan susah sendiri. Untuk itu, konversi BBM ke BBG untuk kendaraan bermotor harus segera dirancang,"
Surabaya (ANTARA News) - Wakil Menteri (Wamen) ESDM Susilo Siswoutomo menegaskan bahwa pemerintah menargetkan seluruh kendaraan bermotor harus menggunakan sistem "dual fuel" (bahan bakar ganda) yakni BBM dan BBG pada tahun 2016.

"Itu harus kita lakukan, karena kalau tidak akan justru mempercepat habisnya energi minyak kita dan kita akan susah sendiri. Untuk itu, konversi BBM ke BBG untuk kendaraan bermotor harus segera dirancang," katanya di Grha ITS Surabaya, Jumat.

Dalam kuliah umum setelah menyaksikan penandatanganan naskah kerja sama Balitbang ESDM dengan ITS dan peresmian Peta Potensi Energi Laut Nasional, ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia memang membaik, tapi hal itu menyebabkan kebutuhan energi meningkat.

"Kalau pertumbuhan ekonomi kita mencapai 6 persen dan pertumbuhan penduduk kita mencapai 1 persen lebih, maka kebutuhan energi kita meningkat 7 persen dalam setahun," katanya.

Menurut dia, peningkatan kebutuhan energi sebesar 7 persen dalam setahun itu itu berarti kebutuhan energi minyak sebesar 1,4 juta barel per hari.

"Kebutuhan minyak 1,4 juta barel per hari itu jauh dari kapasitas yang kita miliki, karena kapasitas kita saat ini hanya 885 ribu barel, namun dari kapasitas itu hanya 650 ribu barel yang bisa dipakai, karena sisanya tidak bisa dipakai," katanya.

Padahal, katanya, kapasitas Pertamina untuk mengelola 1.000 ribu barel per hari, sehingga Indonesia harus mengimpor 350 ribu barel per hari untuk minyak mentah, lalu kekurangan 400 ribu barel per hari untuk minyak dalam bentuk jadi juga harus diimpor.

"Jadi, kebutuhan minyak sebesar 1,4 juta barel per hari itu didapat dari tiga sumber yakni pasokan dalam negeri sebesar 650 ribu barel per hari, impor minyak mentah sebesar 350 ribu barel per hari, dan impor minyak jadi sebesar 400 ribu barel per hari. Semuanya harus ditanggung dengan APBN," katanya.

Masalahnya, kebutuhan itu dari tahun ke tahun akan meningkat dan diperkirakan pada tahun 2020 sudah menjadi 2 juta barel per hari, sehingga subsidi untuk itu akan meningkat terus, sehingga pertumbuhan ekonomi yang baik tidak akan berarti karena untuk membiayai subsidi.

"Untuk itu, kita harus melakukan pengurangan kebutuhan terhadap BBM dan akhirnya nol, karena itu Kementerian ESDM melakukan dua solusi yakni konversi BBM ke BBG dan konversi diesel ke energi terbarukan," katanya.

Ia mengatakan konversi BBM ke BBG akan dilakukan pada kendaraan bermotor yang wajib menggunakan sistem "dual fuel" atau BBM-BBG pada 2016, sedangkan konversi diesel ke energi terbarukan akan dilakukan pada PLN dengan batas pada 2015 sudah "nol diesel".

"Untuk BBG itu, kita punya banyak cadangan, karena itu kita akan segera membangun SPBG di jalur trans Jawa, sedangkan untuk energi terbarukan akan bekerja sama dengan ITS untuk mengembangkan Peta Potensi Energi Laut Nasional yang sudah kita buat sejak tahun 2006," katanya.

Selain potensi laut, pihaknya sudah mengembangkan biodiesel dari sawit yang produksinya sudah mencapai 100 ribu barel per hari dan masih mungkin dikembangkan hingga 400 ribu barel per hari pada tahun 2020, karena potensi sawit di Indonesia setiap tahun meningkat terus.

"Kita juga akan mengembangkan biodiesel dari kemiri sunan yang warnanya cokelat dan beracun, namun mengandung potensi biodiesel cukup besar, bahkan ITS juga bisa menanam pada lahan yang kurang dari 1 hektare untuk memenuhi kebutuhan ITS sendiri, baik bahan bakar kendaraan, listrik, AC, dan sebagainya," katanya.

Ia menambahkan Peta Potensi Energi yang telah dirancang Kementerian ESDM sejak tahun 2006 menemukan total sumber energi terbarukan yang ada mencapai 60,98 Giga Watt. "Jumlah total energi yang dihasilkan tersebut sangatlah besar dan menjanjikan," katanya.(*)

Pewarta: Edy M Yakub
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014