Penduduk menemukan mayat tiga prajurit, dengan tanda-tanda penyiksaan, di dekat sebuah persimpangan jalan di Ataq."
Aden (ANTARA News) - Terduga anggota Al Qaida mengeksekusi tiga prajurit Yaman yang mereka tangkap dalam serangan terhadap konvoi militer yang mendukung ofensif pada pangkalan-pangkalan militan di wilayah selatan, kata seorang pejabat keamanan, Rabu.

"Penduduk menemukan mayat tiga prajurit, dengan tanda-tanda penyiksaan, di dekat sebuah persimpangan jalan di Ataq," kata pejabat itu, menunjuk pada ibu kota provinsi Shabwa di Yaman selatan, lapor AFP.

Pasukan keamanan Yaman pada Selasa meluncurkan ofensif terhadap pangkalan militan di provinsi-provinsi berdekatan, Shabwa dan Abyan. Sebanyak 36 orang -- 21 prajurit dan 15 militan tewas sejauh ini, menurut hitungan AFP pada Rabu dari sejumlah sumber.

Ketiga orang yang dieksekusi itu termasuk diantara 15 prajurit yang ditangkap oleh militan selama serangan Selasa di dekat Al-Saeed, salah satu daerah di provinsi Shabwa yang menjadi sasaran ofensif pasukan Yaman, yang didukung oleh milisi suku, kata pejabat itu.

Militan membawa senapan mesin dan granat roket ketika mereka menahan sebuah kendaraan pengangkut pasukan yang membawa prajurit-prajurit itu dan menghancurkan tiga kendaraan lain, kata sumber-sumber militer.

Penculik membebaskan dua prajurit beberapa jam kemudian, setelah "memukuli parah" mereka, kata pejabat keamanan itu, dan nasib 10 prajurit lain masih belum diketahui.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014