Jakarta, 3 Mei 2014 (ANTARA) -- Sebagai upaya peningkatan pengelolaan terumbu karang berkelanjutan, pada tanggal 14-17 Mei 2014, Indonesia sebagai tuan rumah akan mengadakan perhelatan besar World Coral Reef Conference (WCRC) yang berlokasi di Manado, Sulawesi Utara. Acara ini akan diselenggarakan melalui koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dan dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap kondisi terumbu karang dunia yang semakin terdegradasi. Untuk keperluan substansi konferensi tersebut, Indonesia sebagai tuan rumah tengah menyiapkan regulasi pengelolaan terumbu karang global yang berkelanjutan. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo selaku Pengarah Panitia Nasional WCRC tahun
2014 di Jakarta, Jum’at (2/5).

Menurut Sharif, WCRC 2014 akan mengusung tema ‘Terumbu Karang untuk Keberlanjutan Perikanan, Ketahanan Pangan dan Bisnis yang Ramah Lingkungan’. Rencananya acara ini akan dibuka oleh Presiden Republik Indonesia dan mengundang perwakilan dari 100 negara yang mewakili unsur pemerintah, organisasi regional dan internasional, NGO, serta para ilmuwan dan akademisi. Pelaksanaan WCRC merupakan pertemuan pemerintah pertama yang akan menghasilkan kesepakatan global menuju pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan. “WCRC diharapkan dapat menghasilkan suatu communiqué mengenai pengelolaan terumbu karang berkelanjutan, rencana aksi negara pantai dalam penyelamatan ekosistem terumbu karang, serta langkah menuju konvensi pengelolaan terumbu karang berkelanjutan”, ujar Sharif.

Pada kesempatan konferensi pers persiapan WCRC 2014 yang dilaksanakan di Manado Quality Hotel, Jum’at (2/5), Dirjen Kelautan, Peisisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) Sudirman Saad selaku Ketua Pelaksana Panitia Nasional WCRC tahun 2014 menjelaskan bahwa WCRC ini diselenggarakan dengan beberapa tujuan.  Pertama, untuk merumuskan upaya-upaya pemerintah dalam mengelola terumbu karang dunia secara berkelanjutan. Kedua, sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan ekosistem terumbu  karang lokal. Kemudian, untuk mengkaji kondisi terumbu karang dunia dan pengelolaannya yang terkini. Keempat, menghimpun dan merumuskan nilai-nilai kebersamaan, menyamakan persepsi dan tujuan dalam pelestarian dan pemeliharaan ekosistem terumbu karang. “Konferensi ini juga bertujuan untuk menginventarisasi, kompilasi, sinkronisasi dan menetapkan kebijakan serta tindakan nyata dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang”, jelas Sudirman.

Sudirman menambahkan, sebagai rangkaian acara WCRC, diselenggarakan pula International Blue Carbon Symposium (IBCS), World Ocean Business Forum WOBF), serta Extra Ordinary Senior Official Meeting (SOM) CTI-CFF dan CTI – CFF Ministerial Meeting (MM). IBCS bertujuan untuk menjembatani pertemuan antara peneliti dan pemangku kebijakan perihal  blue carbon dalam lingkup coral triangle region. WOBF bertujuan untuk mempromosikan potensi dan peluang bisnis serta investasi kelautan dan perikanan Indonesia di forum Internasional, serta tukar informasi pengelolaan bisnis yang ramah terhadap lingkungan pesisir dan laut. “Sedangkan SOM dan MM CTI-CFF merupakan agenda kegiatan dari Prakarsa Segitiga Karang (Coral Triangle Initiative/CTI)”, tambah Sudirman.

Penyelenggaraan konferensi ini merupakan respon atas rusaknya terumbu karang secara global, yang menarik perhatian para pemimpin dunia untuk berperan dalam penanganannya. Negara-negara di kawasan segitiga karang berinisiatif membentuk Coral Triangle Iniative on Coral Reef, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) pada tahun 2007 dan telah diselenggarakannya CTI-CFF Summit dan World Ocean Conference (WOC) pada tahun 2009 yang mana telah diupayakan kerjasama global dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang berkelanjutan, termasuk didalamnya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat. “Para ilmuwan dalam Coral Reef Symposium  pada tahun 2012 menyatakan bahwa terumbu karang telah mengalami penurunan kondisi baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Peran ekologi, ekonomi dan sosial terumbu karang telah terancam terutama akibat aktivitas manusia  yang mengakibatkan sedimentasi dan polusi, pengrusakan habitat, serta overfishing. Salah satu rekomendai pertemuan tersebut yaitu menghimbau pemerintah agar berbuat sesuatu terkait pengelolaan terumbu karang berkelanjutan”, tutup Sudirman.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 0811806244)

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2014