Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama bertemu dengan pemimpin oposisi Suriah Ahmad Jarba pada Selasa (13/5) untuk menunjukkan dukungan bagi kelompok moderat anti-pemerintah Presiden Bashar al-Assad.

Pada saat bersamaan, pemerintah Amerika Serikat kembali menyampaikan kekhawatiran bahwa bantuan dalam bentuk senjata yang diminta oleh gerilyawan Suriah dapat jatuh ke tangan kelompok garis keras.

Dalam pertemuan dengan Jarba --presiden Koalisi Nasional Suriah-- Obama didampingi oleh penasihat keamanan nasional Susan Rice.

Gedung Putih menyatakan bahwa Obama dan Rice mengecam rezim Bashar al-Assad karena dengan sengaja menyasar penduduk sipil melalui serangkaian serangan bom dan menolak makanan dan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di lokasi yang dikepung pasukan pemerintah".

Dalam pernyataan yang disiarkan Gedung Putih, Jarba berterima kasih kepada Obama atas bantuan dengan nilai total 287 juta dolar AS kepada kelompok oposisi dan mengakui peran Amerika Serikat sebagai penyumbang terbesar untuk pengungsi Suriah dengan total hibah 1,7 milyar dolar AS.

Namun pernyataan Gedung Putih itu tidak menyebutkan permintaan Jarba kepada Amerika Serikat terkait penangkis serangan udara yang hendak digunakan untuk melawan serangan bom dari pasukan Bashar.

Pejabat Amerika Serikat mengakui bahwa Jarba pernah memintanya dalam pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri John Kerry pekan lalu tapi menolak meresponsmya.

Washington khawatir sistem senjata yang diminta Jarba akan jatuh ke tangan kelompok gerilyawan anti-Amerika atau sekutu mereka dan bisa membahayakan keselamatan pesawat komersial.

Juru bicara Gedung Putih Jay Carney sebelumnya mengatakan Amerika Serikat bekerja keras untuk "memastikan bantuan yang diberikan kepada oposisi sampai ke tangan kelompok oposisi moderat dan tidak jatuh ke tangan yang salah."

"Ini adalah hal yang menjadi kekhawatiran dan masalah sejak awal konflik bermula di sana, ini satu yang kami tangani dengan serius," kata Carney seperti dilansir kantor berita AFP.

Sejumlah pejabat mengatakan bahwa bantuan tidak mematikan yang diberikan adalah peralatan komunikasi, rompi anti-peluru, dan kaca mata infra merah namun menolak memberikan informasi rinci tentang daftar bantuan.

(U.G005)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014