Boston (ANTARA News) - Para astronom menemukan planet berbatu di luar tata surya yang beratnya lebih dari 17 kali berat Bumi dan ukurannya lebih dari dua kali Bumi.

Planet berdiameter sekitar 29.000 km atau 2,3 kali lebih besar dari Bumi yang dijuluki "mega-Earth" itu mengelilingi bintang sangat tua yang disebut Kepler-10, yang berada sekitar 560 tahun cahaya dari Bumi dalam konstelasi Draco.

Temuan yang diumumkan dalam pertemuan American Astronomical Society di Boston pada Senin (3/6) itu cukup mengejutkan mengingat planet-planet sebesar itu diyakini kebanyakan meliputi gas dan bukan batuan keras seperti Bumi atau Mars, kata fisikawan Dimitar Sasselov, direktur Harvard Origins of Life Initiative.

Para ilmuwan belum memahami bagaimana planet yang disebut Kepler-10c itu terbentuk.

"Mega-Earth meliputi banyak konsentrasi padat tanpa gas apa pun. Itu masalah karena menurut pemahaman kita tentang bagaimana planet terbentuk membutuhkan materi padat untuk menyatu dalam lingkungan yang 99 persen massanya... adalah hidrogen dan helium," kata Sasselov seperti dilansir kantor berita Reuters.

Planet padat yang lebih kecil, seperti Bumi atau Mars, diyakini merupakan bentuk dari material sisi, yang membutuhkan waktu lebih sedikit untuk menyatu.

Dengan masa inkubasi lebih lama, planet-planet besar harus mengumpulkan gas dalam jumlah besar dalam proses itu-- atau setidaknya demikian menurut perkiraan para ilmuwan.

Kendati demikian, Sasselov mengatakan, penemuan Mega-Earth bisa menjadi penanda yang baik dalam upaya pencarian kehidupan lain di luar Bumi.

"Sejauh yang kita tahu--dan kita tahu sangat sedikit tentang asal kehidupan-- kita pikir kehidupan muncul dari geokimia, peristiwa yang terjadi di planet padat," kata Sasselov.

Penelitian terkait menunjukkan bahwa sekitar 75 persen dari planet-planet yang ditemukan menggunakan teleskop antariksa Kepler milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) diameternya kurang dari empat kali diameter Bumi.

"Kami ingin tahu tentang planet-planet ini," kata astronom Lars Buchhave dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.

"Apakah ada planet berbatu dengan atmosfer tipis dan padat seperti Bumi, atau apakah mereka inti berbatu dengan semacam amplop hidrogen-helium luas dan apakah ini benar-benar tak punya permukaan," katanya.(*)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014