Juba (ANTARA News) - Wabah kolera kembali menyebar di sekitar ibu kota Sudan Selatan, Juba, setelah pada bulan lalu penyakit mematikan tersebut juga menjangkiti banyak orang di tempat yang sama, kata pejabat kesehatan setempat pada Selasa.

Wabah tersebut menjadi pekerjaan tambahan bagi Sudan Selatan. Saat ini pemerintah juga harus menghadapi ancaman kelaparan yang disebabkan oleh enam bulan perang saudara antara Presiden Salva Kiir dan gerilyawan loyalis mantan wakil presiden Riek Machar.

"Kami menyaksikan wabah tersebut menyebar di sekitar Juba. Kami harus siap untuk menghadapi potensi penyebaran yang lebih lias," kata Abdinasir Abubakar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kepada sejumlah wartawan.

Wabah kolera telah menewaskan 27 orang dan menjangkiti 1.124 lainnya, kata Menteri Kesehatan Sudan Selatan Riek Gai Kok.

Dia menambahkan bahwa sejumlah kasus baru telah muncul di bagian selatan dan barat daya Juba. Wabah kolera juga menyebar di negara bagian Jonglei dan Upper Nile di bagian utara Sudan Selatan--tempat terjadinya pertempuran hebat selama beberapa bulan terakhir.

Gai Kok mengatakan bahwa jumlah laporan atas kasus kolera telah menurun.

Namun Abubakar mengingatkan bahwa hal tersebut "tidak berarti bahwa penyebaran wabah telah berhasil dihentikan."

Selama beberapa waktu terakhir, hujan lebat membanjiri negara miskin tersebut sehingga menyebabkan terhambatnya bantuan dan berpotensi memperparah penyebaran wabah kolera.

Kolera ditularkan melalui air minum dan makanan yang terkontaminasi feses. Setelah periode inkubasi singkat selama dua sampai lima hari, penyakit tersebut kemudian menyebabkan diare parah sehingga penderita akan kekurangan cairan tubuh.

Hilangnya cairan tubuh secara dramatis dan tiba-tiba tersebut seringkali berakibat fatal, demikian AFP.

(Uu.G005/M016)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014