Alutgama, Sri Lanka (ANTARA News) - Polisi Sri Lanka menahan 49 orang pada Selasa malam karena terlibat kerusuhan anti-Muslim di satu daerah wisata, di mana para warga Buddha berhaluan keras membakar toko-toko dan rumah-rumah, kata seorang perwira senior, Rabu.

Mereka yang ditahan itu selain warga Buddha juga warga Muslim dalam satu operasi polisi di kota-kota wisata selatan, tempat terjadi kerusuhan selama dua malam yang menewaskan empat orang, kata perwira itu.

"Kami telah menahan 49 orang dan menyerahkan 25 dari mereka itu ke pengadilan dan akan melakukan penangkapan lagi hari ini," kata juru bicara kepolisian Sri Lanka Ajith Rohana kepada AFP.

Jam malam telah dicabut di kota-kota Beruwala dan Alutgama yang berpenduduk mayoritas Muslim, di mana para pengikut kelompok Buddha Force atau BBS mengamuk pada Minggu dan Senin malam.

Ratusan tentara dikerahkan untuk membantu polisi menghentikan kerusuhan, yang meletus setelah satu massa BBS bergerak di Alutgama, Minggu. BBS menuduh para warga Muslim mencuri harta milik mereka.

Penduduk mengatakan pihak berwenang tidak banyak berusaha menghentikan aksi kekerasan itu. Belasan toko dan rumah dibakar oleh para perusuh yang bersenjatakan senapan, bom-bom bensin dan pisau.

Organisasi Kerja sama Islam (OIC), salah satu dari badan-badan penting Islam dunia, mendesak pihak berwenang mengusut aksi kekerasan itu dan melakukan tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab.

Sekjen OIC Iyad Madani mengatakan ia mengharapkan "pihak berwenang Sri Lanka melakukan segala mungkin usaha untuk mencegah aksi kekerasan itu meningkat lebih jauh".

"Selain menyerukan tenang dan hubungan damai antara masyarakat-masyarakat itu, Madani mendesak pihak berwenang menegakkan norma hukum, mengusut kejadian-kejadian itu dan membawa para pelaku ke pengadilan," kata satu pernyataan.

Serangan-serangan itu adalah kejadian terbaru dalam sejumlah bentrokan agama yang melanda pulau itu setelah kerusuhan Januari dan tahun lalu, di mana massa Buddha menyerang satu masjid di ibu kota Kolombo.

Jumlah warga Muslim sebanyak 10 persen dari 20 juta jiwa penduduk Sri Lanka, namun kelompok nasionalis menuduh mereka memiliki pengaruh berlebihan di negara yang berpenduduk mayoritas Buddha itu.

Amerika Serikat memimpin pengecaman internasional atas aksi kekerasan itu, sementara kedutaan-kedutaan besar Barat di Kolombo menganjurkan para warga mereka yang sedang berlibur di daerah itu untuk tetap tinggal di tempat-tempat mereka menginap.

(Uu.H-RN)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014