... investasi perusahaan Jepang, bukan sekedar memanfaatkan isu buruh murah, tapi kami membangun SDM melalui industri... "
Jakarta (ANTARA News) - Paparan kedua calon presiden dalam debat belum lama ini, sama-sama menunjukkan investasi asing masih diperlukan di negeri ini. Sebentar lagi Indonesia akan melangsungkan suksesi kepemimpinan pada fase kritikal, di antaranya pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

Investasi asing yang diperlukan Indonesia, tidak hanya yang mampu menyerap tenaga kerja, tapi juga mampu memberdayakan SDM di dalam negeri, transfer teknologi, dan akrab lingkungan.

Dengan cara itu, investasi asing akan memberi manfaat lebih besar bagi negeri ini, karena pembangunan kemampuan SDM yang handal dan tambahan pengetahuan serta alih teknologi.

Salah satu negara yang banyak menginvestasikan modal melalui perusahaan negerinya adalah Jepang, yang sejak dasawarsa '70-an masuk ke Indonesia di berbagai bidang, terutama sektor industri, di antaranya otomotif dan elektronik selain ritel, media, dan produk barang konsumsi lain.

Namun di kedua sektor pertama itulah (otomotif dan elektronik), berbagai merek mobil dan barang elektronik Jepang tertanam di benak konsumen Indonesia, karena mereka tidak hanya memasarkan produknya, tapi juga membangun basis produksi. 

Hal itu membuat mereka serius menggarap pasar besar negeri ini, selain mencari peluang ekspor.

Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ) , Rachmat Gobel, mengatakan, keseriusan Jepang berinvestasi suatu negara --termasuk Indonesia-- untuk menghasilkan suatu produk yang memberi nilai tambah, tidak lepas dari semangat monozukuri yang dipegang erat masyarakat negeri Matahari Terbit itu.

"Banyak orang melihat investasi Jepang di Indonesia hanya untuk mencari untung," ujar dia, yang juga bermitra dengan perusahaan elektronik Jepang.

Padahal, lanjut pengusaha nasional itu, banyak manfaat yang telah dan bisa diambil Indonesia dari keberadaan perusahaan Jepang itu, antara lain pengembangan kemampuan dan pengetahuan SDM serta penyerapan dan peningkatan teknologi.

Saat ini terdapat 560 perusahaan besar Jepang di Indonesia dan sekitar 3.500 usaha pribadi yang beroperasi di Jakarta.

"Indonesia akan diuntungkan aliran investasi langsung Jepang, tidak hanya membantu memperluas modal ekonomi dan meningkatkan kapasitas produksi, teknologi, dan keahlian, tapi juga mendorong pengembangan sektor sekunder dan tersier di Indonesia," ujar dia.

Persahabatan dan kerja sama ekonomi Indonesia itu juga terus berkembang mengikuti penandatanganan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) pada 2007.

Sebagai pengusaha yang juga salah satu wakil ketua umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, dia berkeyakinan IJEPA menjadi jaminan kedua negara bekerja sama ekonomi saling menguntungkan di segala bidang, baik industri manufaktur, pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Ekspektasi

Sementara itu, para pengusaha Jepang, terutama yang sudah berinvestasi di negeri cukup nyaman berusaha di Indonesia.

Hal itu setidaknya terlihat dari investasi Jepang yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dan menjadi salah satu investor asing terbesar di Indonesia.

Pada 2013, investasi Jepang di negeri ini mencapai 4,7 miliar dolar Amerika Serikat, naik 90 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan angka sebesar itu Jepang memberi kontribusi sebesar 17 persen total investasi asing di Indonesia.

Ketua Jakarta Japan Club (JCC), Masahiro Nonami, mengatakan,  dunia usaha Jepang punya ekspektasi yang tinggi terhadap ekonomi Indonesia.

Pasar yang besar, ketersediaan tenaga kerja yang banyak, serta sumber daya alam yang berlimpah, menjadi modal bagi Indonesia untuk menjadi tujuan investasi asing termasuk Jepang.

"Namun investasi perusahaan Jepang, bukan sekedar memanfaatkan isu buruh murah, tapi kami membangun SDM melalui industri," kata Nonami yang juga Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).

Harus diakui sebagian besar investasi Jepang terutama di sektor padat karya dan teknologi, seperti industri otomotif dan elektronik banyak memberdayakan tenaga kerja lokal, para insinyur mesin dan elektro, hingga sekolah kejuruan.

"Kami membuka peluang kerja dan sekaligus meningkatkan skill mereka (SDM Indonesia)," kata Nonami. Selain itu, juga memberi nilai tambah terhadap sumber daya alam.

Saat ini, dikatakan dia, Indonesia negara tujuan investasi terpenting ketiga bagi Jepang dalam sektor manufaktur.

Hal itu juga mendorong perdagangan bilateral dan investasi di antara kedua negara terus meningkat. Aliran investasi Jepang yang masuk ke Indonesia meningkat lima kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir.

Kendati begitu, Jepang mengkritisi kondisi infrastruktur yang belum memadai untuk menopang pertumbuhan bisnis di Indonesia.

"Sejauh ini untuk berbisnis di Indonesia cukup kondusif walau masih ada beberapa kekurangan yang menghambat, di antaranya keterbatasan infrastruktur, persoalan birokrasi, dan transparansi," ujar Nonami.

Nonami yang memimpin TMMIN merasakan sendiri bagaimana kekurangan infrastruktur di Indonesia guna menopang pertumbuhan bisnis Toyota yang besar.

Indonesia, bagi Toyota, tidak hanya menjadi basis produksi mobil untuk pasar domestik tapi juga ekspor.

Pembangunan jalan dan fasilitas pelabuhan, serta ketersediaan listrik dinilai masih kurang untuk mengantisipasi pertumbuhan investasi, di tengah kepercayaan pebisnis Jepang pada ekonomi dan stabilitas politik di Indonesia.

"Indonesia memiliki peluang bisnis yang lebih baik lagi di masa mendatang," katanya. Bahkan sebagai pemain otomotif, ia meyakini Indonesia bisa menjadi pusat industri otomotif yang besar di ASEAN, mengalahkan Thailand.

Oleh karena itu, para investor mengharapkan "speed action" dalam kebijakan pemerintah untuk membenahi keterbatasan infrastruktur dan kelambanan birokrasi dalam rangka meningkatkan daya saing secara global.

Jepang nampaknya semakin melihat Indonesia sebagai mitra penting, tidak hanya di bidang ekonomi, tapi juga politik dengan memperkuat pengaruhnya di bidang ekonomi.

Tinggal bagaimana Indonesia memanfaatkan investasi mereka untuk meningkatkan kemampuan SDM, disamping peningkatan kesejahteraan.

Oleh Risbiani Fardaniah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014