PBB, New York (ANTARA News) - Yaman, yang masih bergulat dengan ketidakstabilan dan ketidakamanan akibat serangan gerilyawan fanatik, berada "di ambang keambrukan ekonomi", kata seorang pejabat kemanusiaan PBB di New York.

"Ini adalah salah satu tantangan terbesar umat manusia dalam skala dan lingkup yang kita hadapi di dunia ini," kata John Ging, Direktur Operasi Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), dalam taklimat harian kepada wartawan di Markas PBB, New York, baru-baru ini.

"Keadaan sangat rapuh di sana pada saat ini," kata Ging.

"Qat benar-benar menjadi masalah yang merusak pembangunan di negeri tersebut dengan cara yang mendasar," kata Ging, sebagaimana dikutip Xinhua, Jumat pagi.

"Itu mempengaruhi kesehatan; itu mempengaruhi ekonomi; itu mempengaruhi demikian banyak aspek fungsi masyarakat."

Qat, tanaman yang daun mudanya berisi bahan dengan dampak yang sama dengan amfetamin, terkenal di banyak negara di Jazirah Arab.

Menurut laporan media, sebanyak 90 persen pria dan satu dari empat perempuan di Yaman diperkirakan mengunyah qat.

Pengunyah qat mengalami euforia yang diikuti oleh depresi. Qat juga dapat mempengaruhi tidur, menimbulkan dampak "fly" seperti tak bisa tidur pada malam hari, penurunan produktivitas dan tertidur pada siang hari.

Dalam qat pada sistem jantung dan pembuluh darah agak dramatis, tapi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah adalah dampak umum, sehingga qat jadi sangat berbahaya bagi pasien darah tinggi.

Ketika ditanya mengenai dampak yang merusak, Ging mengatakan pemimpin di Yaman meningkatkan keprihatinan mengenai qat akibat dampaknya "sebagai masalah khusus yang memerlukan pendekatan baru yang sepenuhnya baru".

Qat, "secara mendasar merusak fungsi masyarakat pada setiap dimensi sosial dan ekonomi dan itu juga berkaitan dengan keamanan".

"Tujuh-puluh persen sumber air diperkirakan digunakan bagi pertumbuhan zat ini ...," katanya. "Perlu ada rencana untuk menangani momok ini."

"Apa yang sangat mengesankan buat kami ialah dalam keterlibatan kami dengan pemimpin politik, dengan pemimpin masyarakat sipil, dengan rakyat sendiri, mereka semua menunjuk kepada masalah ini dan mereka juga meminta kami terlibat secara lebih efektif dalam mendukung pemimpin negeri tersebut untuk memiliki satu strategi dengan masalah yang berkembang ini," kata Direktur Operasi OCHA, yang mengunjungi Yaman pada 22-26 Juni.

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014