Changyuraptor sangat-sangat mirip dengan Archaeopteryx dan burung-burung primitif lain
Washington (ANTARA News) - Para ilmuwan pada Selasa (15/7) mendeskripsikan fosil dinosaurus aneh yang tubuhnya tertutup bulu, terlihat seperti memiliki "empat sayap" dan mungkin bisa melayang.

Menurut hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, dinosaurus pemakan daging yang hidup di Tiongkok 125 juta tahun lalu itu disebut Changyuraptor yangi.

Ekor berbulunya sangat panjang, sampai satu kaki (30 sentimeter) dan merupakan bulu terpanjang yang pernah ditemukan pada dinosaurus.

Bulu juga menutup tungkai depan dan kaki Changyuraptor, yang tidak dianggap sebagai burung tapi lebih seperti dinosaurus yang sangat mirip burung.

Panjang makhluk itu sekitar empat kaki (1,3 meter) dan berat kasarnya sembilan pound (empat kg).

Jika orang melihat Changyuraptor, mungkin reaksinya akan: "Hei! Itu burung yang aneh," kata salah satu peneliti, ahli paleontologi Alan Turner dari Stony Brook University di New York, Amerika Serikat.

"Pikirkan kalkun ukuran sedang dengan ekor sangat panjang," kata Turner seperti dikutip kantor berita Reuters.

Para ilmuwan telah mengidentifikasi dinosaurus-dinosaurus dengan "dua pasang sayap" yang dikenal sebagai microraptorine dan Changyuraptor adalah yang paling besar.

Burung bermula dari dinosaurus kecil berbulu. Archaeopteryx, seukuran gagak, yang hidup sekitar 150 juta tahun lalu dianggap sebagai burung paling awal yang diketahui.

Tapi banyak dinosaurus sebelum dan sesudahnya yang punya bulu dan karakter serupa burung yang lain.

"Changyuraptor sangat-sangat mirip dengan Archaeopteryx dan burung-burung primitif lain. Jadi ada banyak dinosaurus lain seperti Anchiornis dan Pedopenna. Tapi mereka punya beberapa sifat yang kurang pada burung dan kurang beberapa sifat yang dimiliki burung," kata Turner.

Ahli paleontologi dari Natural History Museum of Los Angeles County, Luis Chiappe, yang memimpin studi itu mengatakan bahwa Changyuraptor hidup di lingkungan berhutan dengan iklim sedang, memburu burung, mamalia, reptilia kecil dan ikan.

"Binatang seperti Changyuraptor mungkin tidak bergerak dengan kekuatan terbang seperti burung-burung modern. Meski demikian, Changyuraptor dan dinosaurus seperti dia bisa mengepakkan sayap dan pastinya permukaan berbulu pada tungkai depan dan belakangnya," kata Turner.

"Jadi ini meningkatkan kemungkinan mereka bisa meluncur atau 'terbang' dengan semacam cara primitif. Yang saya pikirkan: jika kau mendorong mereka dari pohon, mereka akan jatuh cukup pelan," tambah dia.

Jika Changyuraptor bisa terbang, bulu ekor panjangnya bisa membantu menurunkan kecepatan saat turun dan memungkinkannya melakukan pendaratan secara aman.

"Ini membantu menjelaskan bagaimana binatang seperti Changyuraptor bisa bergerak dalam beberapa bentuk gerakan udara - terbang, melayang, dan atau turun secara terkendali - terlepas dari ukuran mereka," kata Turner.

Pada burung-burung sekarang, bulu memiliki macam-macam fungsi di luar terbang, termasuk untuk pamer, pengenalan spesies dan ritual perkawinan. Menurut Turner, bulu Changyuraptor juga punya beberapa fungsi.

Tiongkok menjadi tempat harta karung fosil dinosaurus berbulu. Fosil Changyuraptor digali di Provinsi Liaoning, Tiongkok.

Penerjemah: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014