Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia terus memantau proses identifikasi korban meninggalnya pesawat Malaysia Airlines MH17 rute Amsterdam-Kuala Lumpur yang ditembak jatuh di atas kawasan udara Ukraina.

"Kami juga terus melakukan monitoring terkait investigasi jatuhnya MH17, sekaligus identifikasi jenazah korban," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika membuka rapat terbatas di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin.

Menurut Presiden Yudhoyono, proses identifikasi penting untuk terus dipantau agar setelah teridentifikasi, jenazah korban yang sebagian merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) bisa diserahkan kepada keluarga atau kerabat korban.

Selain terkait dengan identifkasi WNI yang menjadi korban MH17, Presiden juga menyorot proses evakuasi WNI yang berada di Libya.

SBY memaparkan, evakuasi WNI di daerah yang sedang dilanda konflik merupakan tanggung jawab penting yang harus dilakukan pemerintah dalam memastikan keselamatan mereka.

Sebagaimana diberitakan, para pakar internasional menemukan lagi potongan-potongan tubuh korban jatuhnya pesawat penerbangan MH17 milik Malaysia Airlines setelah memulai kembali kerja mereka Jumat (1/8).

"Sebanyak 70 pakar dari Belanda dan Australia telah menyelesaikan kerja mereka di tempat jatuhnya MH17 hari ini," kata Kementerian Hukum Belanda dalam satu pernyataan sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Usaha-usaha untuk menemukan sisa-sisa tubuh para korban dari tempat jatuhnya pesawat telah terkendala oleh pertempuran antara pasukan Ukraina dan kelompok-kelompok separatis pro-Rusia.

Lebih 200 peti jenazah telah dikirim ke Belanda, yang 193 warganya menjadi korban dalam peristiwa 17 Juli itu, tetapi banyak potongan dari total 298 yang meninggal masih belum ditemukan di tengah-tengah berkecamuknya perang itu.

"Kami gembira karena potongan-potongan tubuh ini sekarang dapat dikirim ke Belanda," kata Pieter-Jaap Aalbersberg, perwira polisi Belanda, yang dikirim ke Ukraina untuk memimpin misi ke sana.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014