Pariaman (ANTARA News) - Sejumlah pemuka adat Nagari Pasa, di Kampung Perak, Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), menilai Pesta Budaya Tabuik tahun ini sudah jauh meninggalkan tradisi turun temurun.

"Seakan dipaksakan, Tabuik sekarang hanya sekedar formalitas saja, sudah jauh dari tradisi yang ada," kata Tetua Tabuik Nagari Pasa, Zulfikar di Pariaman, Sabtu.

Pesta Budaya Tabuik adalah peringatan Hari Assyura atau hari berkabung atas kematian Imam Hussein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW yang tewas di Padang Karbala pada 10 Muharam.

Warga Pariaman memperingatinya dengan setiap tahun dengan membuat Tabuik (tabut) dari bambu oleh anak Nagari Pasa dan Subarang yang akan mencapai puncaknya pada Minggu (9/11).

Zulfikar mengatakan Tabuik sudah meninggalkan tradisi karena waktu untuk prosesi ritual yang harus dijalankan berbeda dengan tanggal sebenarnya.

"Bahkan hari puncak saat Tabuik dihoyak dan dibuang ke laut, berbeda enam hari, seharusnya 10 Muharram, sekarang 16 Muharram," katanya.

Dikatakannya, pada 10 Muharram 1436 Hijriyah bertepatan dengan hari Senin (3/11), seharusnya hari itu juga dilaksanakan puncak Pesta Budaya Tabuik.

Kendati hari Senin, kata dia, Tabuik akan tetap ramai dikunjungi orang-orang karena acara itu hanya sekali setahun dan ditunggu-tunggu.

"Kalau seperti ini, saya bila bilang inilah Tabuik terburuk dibandingkan sebelumnya," katanya.

Senada dengan Zulfikar, Ninik Mamak (Pemuka Adat) Nagari Pasa, Yusran Yatim menegaskan, pemerintah daerah sudah memasuki wilayah adat dengan membuat jadwal tanpa persetujuan anak nagari.

"Jadwal prosesi Tabuik ini adalah hak veto kami sebagai Ninik Mamak dan Tetua di rumah Tabuik, namun sudah dibuat tanpa diskusi," katanya.

Yusran berharap ke depan, Pesta Budaya Tabuik diserahkan penyelanggaraannya ke Nagari akan nilai tradisi tidak hilang.

"Silahkan pemerintah kota terlibat tapi wilayah adat jangan dicampuri," tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pariaman, Yusrizal mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan dua Nagari itu dalam hal menentukan jadwal Tabuik.

Dijelaskannya, karena 10 Muharram bertepatan dengan hari Senin, maka puncak Pesta Budaya Tabuik diundur menjadi Minggu (9/11).

Hal itu dilakukan, mempertimbangkan kedatangan wisatawan domestik dan mancanegara serta perantau, karena hari itu sekaligus berlibur ke Pariaman sehingga kota itu menjadi ramai.

Ia tidak menampik, Tabuik sekarang memang merupakan Tabuik Pariwisata, yang mengutamakan unsur kepariwisataan agar Pariaman lebih dikenal.

"Dulu memang Tabuik tradisi, tapi sekarang sudah Tabuik Pariwisata, maka kita sesuaikan jadwalnya dengan kebutuhan wisata," katanya.

Meskipun demikian, ia berharap kunjungan pada Pesta Budaya Tabuik 2014 meningkat dibandingkan tahun lalu, yang tentunya akan berdampak kepada perekonomian masyarakat setempat.

Pewarta: Siri Antoni
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014