Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, madrasah sebagai institusi pendidikan yang tumbuh dan berkembang jauh sebelum Indonesia merdeka, menjadi benteng efektif mencegah virus gerakan radikalisme.

"Madrasah lahir dari ribuan pejuang, profesional, dan para ahli di berbagai bidang kehidupan yang kontribusi nyatanya itu telah banyak dirasakan oleh masyarakat hingga sekarang," kata Lukman dalam keterangan persnya di Jakarta,  Minggu.

Menag mengatakan, lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menjadikan posisi madrasah semakin jelas, serta membuka lebar ruang gerak madrasah untuk berkompetisi secara sehat dengan sekolah umum, serta responsif terhadap berbagai perubahan dan tantangan jaman.

"Hal inilah sebagai wujud rasa keadilan pendidikan yang telah dirasakan kita bersama," katanya.

Madrasah telah mengalami transformasi dalam konteks pengarusutamaan dalam Sisdiknas, dimana madrasah tidak lagi dianggap sebagai pelengkap sistem pendidikan, melainkan sebagai bagian integral dari Sisdiknas.

Menurut mantan Wakil Ketua MPR itu, saat ini madrasah adalah 100 persen sekolah yang bercirikan ke-Islaman, terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) sama dengan SD, Madrasah Tsanawiyah (MTs) sama dengan SMP dan, begitu juga Madrasah Aliyah (MA) sama dengan SMA.

Transformasi madrasah ke Sisdiknas harus diimbangi komitmen dengan memelihara ciri khas ke-Islaman, sehingga harus menjadi perhatian semua pihak untuk memberdayakan madrasah, yang tercermin pada disain dan model kurikulum, sistem kelembagaan, jiwa dan karakter para guru, profil lulusan madrasah, serta penciptaan kultur madrasah yang mendorong lahirnya manusia unggul termasuk di bidang sains dan teknologi.

Selain itu, mutu madrasah menjadi tanggungjawab kolektif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta masyarakat. 

"Siswa madrasah tidak boleh minder dengan siswa sekolah, termasuk dalam kualitas sains dan teknologi. Prestasi dan kemajuan madrasah tidak hanya diukur dari hasil Ujian Nasional (UN), akan tetapi dilihat juga dari sejauh mana nilai-nilai sportivitas, kejujuran, dan kompetisi (fastabiqul khairat) menjadi budaya yang terinternalisasi pada seluruh warga madrasah," demikian Lukman Hakim Saifuddin.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014