Jakarta (ANTARA News) - "Ibu hanya ingin dikenang orang walau udah sepuh tapi rajin masih mau turun ke lapangan, periksa jentik-jentik nyamuk," ungkap Elly Syahridawati (66).

Itulah harapan sederhana perempuan yang sejak 2004 mengabdikan diri sebagai juru pemantau jentik-jentik nyamuk (jumantik) itu kepada ANTARA News saat ditemui di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, awal pekan ini.

Di antara puluhan jumantik lainnya di Kecamatan Pasar Minggu, perempuan yang tinggal di kawasan Jatipadang, Pasar Minggu itulah yang paling tua usianya.

Namun, umur nyatanya bukan halangan bagi Elly menjalankan tugas sebagai jumantik di Rukun Warganya (RW). 

"Saya ikut jadi jumantik sejak belum ada honor, sekitar 2004. Saya diajak orang puskesmas. Saya senang jadi jumantik. Kalau di jumantik kita koordinator. Kalau anak buah enggak jalan kita ikut turun. Saya membawahi 10 orang, dari 10 RT di Kelurahan Jatipadang," kata dia.

Sekalipun sudah sepuh, tak berarti Elly selalu mendapatkan penghargaan atau bahkan sanjungan dari warga sekitarnya saat bertugas sebagai jumantik.

Dia berkisah, pernah saat menjalankan tugas, dirinya dituduh hendak mencuri barang di sebuah rumah hingga peminta-minta sumbangan.

"Pernah datang ke sebuah rumah, diikutin sama pembantu. Mbak di sini saya bukan mau nyolong, mau periksa jentik-jentik nyamuk. Ini tanda pengenal saya", kenang Elly.

"Kadang-kadang kita bawa map, disangka minta sumbangan. Terus kita kan bawa tempat untuk nyimpen abate, dikira mau minta beras," tambah dia.

Elly biasanya bertugas memeriksa semua bangunan di RT tempat tinggalnya setiap Hari Rabu dan Kamis. Lalu keesokan harinya, dia pun melaporkan hasil pemeriksaannya pada pihak kelurahan untuk selanjutnya diberikan evaluasi.

"Pemeriksaan bisanya Rabu sama Kamis. Jumat rekap laporan ke kelurahan. Terus kita blusukan sama pak lurah," kata Elly.

Jika tak bertugas sebagai jumantik, Elly biasanya aktif dalam kegiatan-kegiatan di Kelurahan dan Kecamatan.

Menurut dia, saat ini warga di lingkungannya mulai perlahan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

"Dulu ada empat penderita, belakangan tahun enggak ada. Pernah ada yg meninggal, kakak beradik.Tidak tertolong. Sejak itu gencar kader-kader jumantik," kata dia.

Oleh Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014