Minsk (ANTARA News) - Presiden Belarus Alexander Lukashenko, Sabtu, memecat perdana menterinya dan empat pejabat penting lainnya saat negara bekas negara Sovyet itu terkena dampak krisis ekonomi Rusia.

Lukashenko memecat Mikhail Myasnikovich yang memangku jabatannya sejak Desember 2010, dan mengangkat kepala pemerintah barunya.

Lukashenko juga mengganti kepala bank sentral dan tiga pejabat penting lainnya termasuk menteri-menteri ekonomi dan industri.

Kelima pejabat penting ini "turut berperan dalam situasi ekonomi dan keuangan," kata presiden itu dalam satu pernyataan.

"Ekonomi adalah satu bidang yang memikul tangggung jawab terbesar dan merupakan bahaya paling besar."

Ekonomi negara yang sedang tidak sehat, merupakan satu tantangan serius dalam pemerintah Lukashenko.

Negara itu menghadapi pemilihan presiden tahun depan. Lukashenko mengisyaratkan ia berusaha untuk dipilih kembali apabila mendapat dukungan rakyat.

Kendatipun mata uang rubel Belarus secara resmi tidak tergantung pada mata uang Rusia, negara itu sangat tergantung pada Moskow.

Merosotnya nilai mata uang rubel Rusia bulan ini menimbulkan kepanikan, menyebabkan warga Belarus bergegas mengubah tabungannya menjadi dolar.

Sejak awal tahun ini rubel Belarus merosot nilainya separuh.

Lukashenko mengakui bahwa ekonomi negaranya sangat terpukul mengingat sekitar 40 persen dari ekspornya adalah ke Rusia.

Pengamat politik independen Alexei Korol mengatakan perombakan pemerintah Belarus adalah satu solusi sementara yang tidak akan membantu mengatasi akar penyebab masalah-masalah eknominya.

"Negara itu memerlukan reformasi ekonomi yang dalam," katanya.

Lukashenko, yang pernah dianggap oleh Washington sebagai diktator Eropa, memerintah negara berpenduduk 10 juta jiwa yang terletak antara tiga negara Uni Eropa dan Rusia sejak tahun 1994.

Pada tahun 2010 puluhan ribu orang melakukan protes terhadap pemilihan presiden yang dinilai tidak jujur yang menghasilkan kemenangan Lukashenko.

Setelah protes-protes itu orang kuat itu terus melakukan tindakan keras terhadap oposisi, memenjarakan beberapa peneritik paling terkenal dan memberangus media non-pemerintah, demikian seperti dikutip dari AFP.

(Uu.H-RN)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014