Riyad (ANTARA News)) - Pembunuhan atas 12 awak redaksi di mingguan satir Prancis "Charlie Hebdo" pada Rabu tidak sesuai dengan agama Islam, kata Arab Saudi.

"Kerajaan Arab Saudi mengikuti dengan kesedihan mendalam serangan teroris di majalah Charlie Hebdo," kata kantor berita negara Saudi Press Agency, mengutip sumber resmi, yang tidak disebutkan namanya.

Sumber tersebut mengutuk serangan pengecut teroris itu, yang tidak sesuai dengan Islam. ( Baca : Serangan Charlie Hebdo, Liga arab dan lembaga muslim kutuk )

Jaksa Prancis menyatakan saksi mendengar kelompok bersenjata tersebut berteriak "Kami telah membalaskan Nabi" dan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar), saat melakukan serangan.

"Charlie Hebdo" menerbitkan kartun bermasalah tentang Nabi Muhammad, yang perpindahannya dari Mekah ke Madinah pada 622 menandai awal zaman Muslim. ( Baca: Pemuka-pemuka Muslim Prancis kutuk serangan "barbar")

Prancis dan Arab Saudi menjalin hubungan bersahabat.

Paus Fransiskus menyebut serangan itu sebagai tindakan keji. Pemimpin umat Katolik sedunia itu mengutuk serangan itu pada Rabu di Paris, dengan menyeru semua orang menghentikan penyebaran kebencian.

"Bapa Suci mengungkapkan kecaman kerasnya atas serangan mengerikan itu," kata pernyataan kepala juru bicara Vatikan, Pastor Federico Lombardi tentang serangan yang menewaskan 12 orang terhadap kantor majalah mingguan satir terkenal, yang mengejek Islam.

Pasu Fransiskus menyeru semua orang menentang setiap cara menyebarkan kebencian, karena sangat merusak dasar hidup berdampingan secara damai selain kebangsaan, perbedaan agama dan kebudayaan.

"Apa pun alasannya, kekerasan adalah keji dan tidak dibenarkan," kata juru bicara itu, mencerminkan perasaan Paus Fransiskus itu. (Baca : Komisi Eropa kutuk serangan `barbar` di "Charlie Hebdo" )

Pemimpin Gereja Katolik itu ikut dalam doa dan belasungkawa terhadap yang terluka dan keluarga yang tewas, kata juru bicara tersebut.

Sebelumnya, pada Rabu, wakil juru bicara Vatikan, Pastor Ciro Benedettini, menyebut serangan di Paris itu keji karena menyerang orang serta kebebasan pers. (Baca : Paus kutuk penembakan di Charlie Hebdo )

Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim belasungkawa kepada korban serangan itu dan mengutuk terorisme, kata juru bicaranya pada Rabu.

"Moskow tegas mengutuk terorisme dalam segala bentuknya," kata juru bicara Putin, Dmitry Peskov, kepada kantor berita Tass, dengan menambahkan, "Tidak ada yang bisa membenarkan serangan teroris." 

Pernyataan Kremlin menyatakan presiden mengutuk keras kejahatan keji itu dan menegaskan kesiapannya melanjutkan kerja sama dalam pertempuran melawan ancaman terorisme.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015