Menurut saya, (pertemuan) ini menunjukkan kesiapan kedua pihak untuk melangkah maju guna mempercepat proses."
Jeneewa (ANTARA News) - Menteri luar negeri Iran dan Amerika Serikat pada Rabu melakukan pertemuan dalam upaya untuk mempercepat perundingan kesepakatan nuklir di saat tenggat waktu ketiga bagi tercapainya sebuah perjanjian bersejarah sudah mendekat.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif berkumpul di sebuah hotel mewah di Jenewa menjelang perundingan lengkap bersama negara-negara kuat, Minggu, lapor AFP.

Mereka berupaya untuk memecah kebuntuan, yang telah menyebabkan mereka sendiri gagal dua kali dalam memenuhi tenggat waktu mencapai perjanjian penuh untuk mengendalikan nuklir Iran yang dicurigai.

Zarif mengatakan kepada para wartawan bahwa pertemuan hari Rabu "penting."

"Menurut saya, (pertemuan) ini menunjukkan kesiapan kedua pihak untuk melangkah maju guna mempercepat proses."

Namun, ketika ditanya apakah kesepakatan menyeluruh akan dicapai dengan memenuhi tenggat 1 Juli, ia tetap berhati-hati dalam menjawab, "Kita lihat nanti."

Perundingan-perundingan sebelumnya mengalami jalan buntu, dilaporkan karena Iran memaksa bahwa pihaknya memiliki hak memperkaya sejumlah uranium, yang dalam beberapa kasus bisa digunakan untuk membuat bom atom. Iran menegaskan bahwa pengayaan uranium itu dilakukan untuk menjalankan program nuklir sipil bagi tujuan damai.

Selain itu, ada ketidaksepakatan soal sanksi-sanksi global. Teheran minta agar sanksi-sanksi, yang telah melumpuhkan perekonomian Iran, itu dihentikan sementara AS bersikeras bahwa Iran hanya bisa diberikan penangguhan sanksi sementara dan bertahap.

Kerry mengatakan bahwa tujuan pembicaraan yang dilakukannya dengan Zarif pada Rabu adalah untuk "mengkaji ulang" serta memberikan arahan bagi tim-tim perundingan mereka menjelang dilangsungkannya pembicaraan putaran baru oleh negara-negara kuat dunia, yang dikenal dengan P5+1, di Jenewa, Minggu.

P5+1 terdiri dari lima negara anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yakni Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia dan Tiongkok, ditambah Jerman.

(Uu.T008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015