Jakarta (ANTARA News) - Sebuah bukti penerimaan pajak kuno di Mesir yang baru saja diterjemahkan menunjukkan bahwa sebuah tagihan yang (secara harfiah) jauh lebih berat dari yang harus dibayarkan oleh wajib pajak Amerika Serikat mana pun tahun ini--lebih dari 100 kilogram koin.

Situs livescience.com melansir kwitansi tersebut ditulis dalam bahasa Yunani pada selembar tanah liat, kwitansi itu menyatakan seseorang (namanya tak lagi bisa dibaca) dan rekannya membayar pajak transfer lahan senilai 75 "talents" (sebuah unit mata uang), dengan 15 talent sebagai biaya tambahan. Pajak dibayarkan dalam bentuk koin dan dikirimkan ke bank swasta di sebuah kota bernama Diospolis Magna yang juga dikenal sebagai Luxor atau Thebes.

Namun berapa banyak kah 90 talents itu di era Mesir Kuno?

"Itu adalah nilai uang yang sangat banyak," kata Brice Jones seorang mahasiswa Ph.D di Universitas Concordia di Montreal yang menerjemahkan teks tersebut. "Orang-orang Mesir ini kebanyakannya kaya-kaya."

Kwitansi tertanggal 22 Juli, 98 Sebelum Masehi. Uang kertas belum ada pada waktu itu dan tak ada koin yang senilai satu talent, demikian menurut para peneliti. Alih-alih orang-orang membuat persamaan dengan nilai drachma.

Satu talent setara dengan 6.000 drachma jadi 90 talents totalnya 540.000 drachma. Sebagai bandingan, buruh kasar pada masa itu hanya berpenghasilan 18.000 drachma setahun kata Catharine Lorber, seorang ilmuwan independen yang telah menerbitkan banyak jurnal terkait koin Mesir.

Pada tahun 98 sebelum masehi, satuan tertinggi koin mungkin hanya senilai 40 drachma, kata Catharine. Itu dibuat untuk beban pajak yang benar-benar mematahkan punggung.

"Butuh 150 koin drachma untuk satu talent, dan 13.500 koin drachma senilai 90 talent," kata Catharine pada livescience melalui surat elektronik. "Rata-rata berat koin 8 gram, jadi total pembayaran 90 talent mungkin beratnya lebih dari 100 kilo gram."

Apa yang mungkin terjadi adalah satu atau lebih petani pajak (sebutan bagi orang yang ditugasi mengumpulkan pajak jenis tertentu) mendapat 90 talent koin dari individual yang membayar pajak. Para petani pajak itu kemudian akan membawa uang tunai itu secara fisik ke bank.

Catharine mencatat Ptolemies (dinasti yang memerintah Mesir pada masa itu) harus mengongkosi para petani pajak untuk biaya transpor dan penanganan. Dalam kasus-kasus di mana jika para petani pajak harus membawa beban yang banyak. "Pajak dikemas dalam keranjang-keranjang dan diangkut keledai."

15 talent biaya tambahan yang ditambahkan ke tagihan pajak 75 talent mengisyaratkan orang yang membayar transfer lahan terkena penalti karena tak membayar bagian tagihan dalam bentuk perak--biaya yang disebut "allage".

"Ini adalah biaya yang dikenakan dalam mata uang perunggu ketika digunakan untuk membayar kewajiban yang secara hukum harusnya dibayar dalam bentuk perak," kata Catharina. "Sistem tersebut dijaga bahkan pada saat koin perak sudah tersedia secara luas."

pertikaian Mesir

Saat ini orang sering mengeluh soal kemandegan politik dan konflik di Capitol Hill, namun tampaknya itu bukan apa-apa jika dibanding dengan drama dan pertikaian di antara para pembesar Mesir sekitar masa saat tagihan yang baru saja diterjemahkan itu dibayar.

Sekitar masa 98 sebelum masehi, politik di Mesir sedang bergejolak, setidaknya demikian. Pada waktu itu, Mesir dipimpin Ptolemy X, seorang firaun yang berperang melawan saudara laki-lakinya sendiri demi tahta. Beberapa penulis kuno bahkan mengatakan dia membunuh ibunya sendiri di tahun 101 sebelum masehi sehingga dia tak perlu berbagi kekuasaan dengannya.

Ptolemy X adalah bagian dari dinasti firaun keturunan Macedonia yang menguasai Mesir setelah kematian Aleksander Agung.

Para ahli sejarah modern meragukan klaim kuno jika Ptolemy X membunuh ibunya sendiri, namun akhirnya pada satu waktu dia kehilangan kekuasaannya. Pada 89 sebelum masehi, pasukannya sendiri berbalik melawannya dan dia terbunuh di tahun berikutnya. Saudara laki-lakinya Ptolemy XI mengambil alih kekuasaan.

Kwitansi kuno yang disimpan di perpustakaan Universitas McGill  dan Arsip di Montreal Jones sedang dipelajari dan diterjemahkan beberapa teks dari perpustakaan dan akan diterbitkan pada edisi berikutnya dari jurnal Bulletin of the American Society of Papyrologists.

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015