Jenewa (ANTARA News) - Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) pada Jumat (10/4) menyatakan sebanyak 900 pengungsi dari Yaman telah tiba di Tanduk Afrika sejak awal konflik di negara Timur Tengah tersebut.

Saat kerusuhan bergolak di 14 dari 22 gubernuran Yaman, makin banyak orang menyeberangi Teluk Aden untuk menyelamatkan diri dari serangan udara, konflik bersenjata dan bertambah parahnya krisis kemanusiaan, lapor Xinhua.

Sebanyak 317 pengungsi Yaman tiba di Obock, Djibouti, selama 10 hari belakangan, sementara 582 orang Somalia dan Yaman serta sedikit pengungsi Ethiopia dan Djibouti dilaporkan berada di Somalia.

Wakil Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Yaman Dr. Ahmed Shadoul mengatakan Aden telah sangat terpengaruh selama tiga pekan terakhir akibat kekurangan personel, pasokan dan peralatan medis.

"WHO sangat ingin berusaha memastikan layanan dasar bisa diberikan, tapi kami menghadapi masalah seperti tak ada pasokan listrik dan kekurangan bahan bakar --sehingga menghambat pekerjaan yang dilakukan di rumah sakit," kata Shadoul, sebagaimana dikutip Xinhua.

Menurut Shadoul, sejauh ini 648 orang dilaporkan tewas dan 2.191 orang lagi cedera, meskipun masih banyak kasus tak dilaporkan tapi diyakini ada.

Dana Anak PBB, atau UNICEF, mengumumkan pesawat pertamanya telah mendarat di bandar udara Sanaa, Ibu Kota Yaman, sejak serangan udara pimpinan Arab Saudi dimulai terhadap petempur Al-Houthi pada Maret. Sebanyak 16 ton pasokan medis, termasuk anti-biotik dan pembalut serta air --yang sangat diperlukan-- telah dikirim melalui udara dari Djibouti.

Satu pesawat Palang Merah juga telah mendarat pada Jumat.

Bantuan itu penting sebab 16 juta warga Yaman diperkirakan memerlukan bantuan kemanusiaan, kata Koordinator Kemanusiaan PBB di Yaman Johannes Van Der Klaauw.

Di Aden saja, "satu juta orang terancam kehilangan akses ke air minum yang bersih cuma dalam waktu beberapa hari saja", katanya.

Van Der Klaauw menyeru semua pihak dalam konflik tersebut agar melindungi nyawa warga sipil, mengizinkan pekerja bantuan memberi bantuan dan menyoroti kebutuhan mendesak bagi berlangsungnya jeda kemanusiaan guna memberi bantuan penting buat warga yang jadi korban.

Organisasi Internasional bagi Migrasi (IOM) melaporkan jumlah orang yang pindah dari Saada dan Sanaa ke Gubernuran Amran juga telah meningkat, di tengah kekurangan listrik, air, bahan bakar dan obat --yang tersebut luas.

IOM melaporkan hingga 8 April, organisasi itu menerima permintaan untuk mendukung pengungsian kemanusiaan lebih dari 13.000 orang dari 38 negara.

(Uu.C003)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015