"Seperti yang sebelumnya penghematan bisa sampai 15-17 persen dalam rangka antisipasi uncertainty currency (ketidakpastian nilai tukar mata uang)," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo usai penandatanganan kerja sama lindung nilai di Jakarta, Selasa.
Arif mengatakan kerja sama lindung nilai tersebut dilakukan dengan mekanisme cross currency swap senilai Rp1 triliun, dengan rincian Rp300 miliar dengan Bank Mega, Rp400 miliar dengan BII, Rp150 miliar dengan ANZ dan 150 miliar dengan Standard Chartered.
"Ini fase yang kedua untuk recovery posisi Garuda di 2015 karena tantangannya itu bukan hanya nilai tukar, tetapi juga pertumbuhan ekonomi," katanya.
"Kita fokus revenue generator-nya berjalan baik karena mau refinancing cost restructuring kalau revenue generator-nya enggak bekerja, maka tidak akan jalan," katanya.
Sesuai asumsi bisnis, dalam upaya lindung nilai tersebut Arif mengaku mematok nilai tukar rupiah terhadap dolar sekitar Rp13.000 dan harga minyak 75 sen dolar AS per liter.
Sesuai kesepakatan dan perjanjian, Arif menjelaskan, keempat bank mitra akan membayarkan kewajiban Garuda Indonesia selaku penerbit obligasi dan denominasi rupiah kepada pemegang obligasi efektif per 5 April 2015 dan Garuda akan membayar seluruh kewajiban kepada keempat bank dalam denominasi dolar AS pada 5 Juli 2018.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
