... biaya pelabuhan juga sangat tinggi. Selain itu, pungutan liar dianggap sudah umum dan biasanya sangat tinggi...
Jakarta (ANTARA News) - Konsultan Roland Berger untuk Malaysia, Anthonie Versluis, mengatakan, biaya logistik antarpulau di Indonesia tinggi karena inefisiensi yang juga dilakukan oleh industri kemaritiman.

"Ada lima hal yang menyebabkan inefisiensi, yaitu infrastruktur dan perlengkapan pelabuhan, pabean dan regulasi, kapal, pembangunan kapal dan sumber daya manusia," kata Versluis, di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan perlengkapan dan fasilitas pelabuhan yang kurang layak menyebabkan waktu perputaran kapal yang lama. Akibatnya, waktu menunggu kapal menjadi lama sehingga pelabuhan menjadi padat.

Selain itu, sejumlah pelabuhan di Indonesia juga memiliki kedalaman laut yang terlalu dangkal. Misalnya, Tanjung Priok hanya berkedalaman 14 meter serta Belawan, Batam, Jayapura dan Tanjung Perak hanya tujuh meter hingga sembilan meter.

Dari sisi pabean dan regulasi, dia mengatakan biaya pelabuhan juga sangat tinggi. Selain itu, pungutan liar dianggap sudah umum dan biasanya sangat tinggi.

"Kemudian, banyak kapal yang terlalu kecil secara ekonomis. Selain banyak kapal domestik yang sudah berumur tua," tuturnya.

Dari sisi pembangunan kapal, perusahaan domestik memiliki kapasitas yang kurang untuk mengembangkan kapal-kapal yang modern. Penyebabnya, kurangnya dukungan finansial untuk industri perkapalan.

Sedangkan dari sisi sumber daya manusia, perusahaan perkapalan domestik juga tidak memiliki yang memenuhi kualifikasi.

Menurut dia, biaya perkapalan domestik di Indonesia, terutama di kawasan timur, sangat tinggi. Bahkan biaya untuk mengapalkan satu kontainer dari Shanghai ke Banjarmasin masih lebih murah daripada dari Jakarta ke kawasan timur Indonesia itu.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015