Jakarta (ANTARA News) - Bagi sebagian penderita diabetes tipe dua yang kesulitan mengontrol lonjakan gula darah setelah sarapan, cobalah mengonsumsi lebih banyak protein. Demikian temuan studi dalam Journal of Nutrition belum lama ini.

Dalam studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Missouri (MU) itu diketahui, konsumsi protein saat sarapan mampu mengurangi lonjakan gula darah baik saat sarapan dan waktu makan siang.

"Orang sering berasumsi respon glukosa mereka saat sarapan akan sama di waktu makan lainnya, namun bukan hal itu. Kita tahu, apa yang dimakan dan waktu makan membuat sebuah perbedaan. Jika penderita diabetes melewatkan sarapan, justru gula darah akan melonjak saat makan siang," kata profesor dari departemen nutrisi dan olahraga fisiologi MU, Jill Kanaley.

"Kami menemukan, mereka yang sarapan, respon glukosanya normal setelah makan siang," tambah dia.

Kesimpulan ini didapat setelah Kanaley dan koleganya mengamati tingkat glukosa penderita diabetes tipe dua, insulin dan sejumlah hormon lainnya (yang membantu mengatur respon insulin), setelah mereka sarapan dan makan siang.

Mereka menemukan, konsumsi lebih banyak protein saat sarapan menurunkan level glukosa. Tingkat insulin yang meningkat setelah makan siang bekerja sebagaimana mestinya untuk mengatur tingkat gula darah.

".... Sarapan mendorong sel-sel meningkatkan konsentrasi insulin pada waktu makan berikutnya. Ini bagus karena tubuh bisa bekerja sebagaimana mestinya untuk mengatur level glukosa," ungkap Kanaley.

Kendati begitu, menurut dia, penting bagi penderita diabetes tipe dua memahami kalau jenis makanan berbeda dapat berpengaruh berbeda pula pada mereka.

"Untuk memahami bagaimana tubuh mereka merespon makanan, mereka harus konsisten mencatat level glukosa mereka," kata Kanaley.

Kanaley mengatakan, sekalipun mampu menurunkan level gula darah, namun penderita diabetes tipe dua tap perlu mengkonsumsi protein dalam jumlah berlebihan.

"Kami merekomendasikan mengkonsumsi 25 hingga 30 gram protein saat sarapan, sesuai rekomendasi badan pengawas obat dan makanan Amerika (FDA)," ujar dia seperti dilansir Science Daily.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015