Bangkok (ANTARA News) - Polisi Thailand pada Jumat menemukan di sedikit-dikitnya 30 makam, yang diyakini milik pendatang dari Myanmar dan Bangladesh, dalam yang berwenang katakan sarang perdagangan manusia yang ditinggalkan di hutan terpencil di Thailand selatan, kata polisi.

Pendatang gelap, banyak dari mereka warga Rohingya dari Myanmar barat dan Bangladesh, sering melawan bahaya melakukan perjalanan lewat laut untuk menghindari penganiayaan keagamaan dan suku serta mencari pekerjaan di Malaysia dan Thailand, simpul perdagangan manusia kawasan.

Empat mayat sudah diangkat, kata Kolonel Polisi Anuchon Chamat, wakil komandan kepolisian propinsi Nakorn Si Thammarat. Sedikit-dikitnya, 30 kuburan ditemukan di sarang penyelundupan terbangun baik itu.

"Setidak-tidaknya ada 30 kuburan sudah ditandai. Kami gali empat mayat hari ini dan akan terus menggali," kata Anuchon kepada Reuters dalam wawancara telepon.

Kuburan seperti itu adalah temuan pertama di Thailand, kata Anuchon.

Dua mayat lain, yang belum dimakamkan dan dibiarkan membusuk di tempat terbuka, juga ditemukan, katanya. Satu penyintas diselamatkan dari sarang yang ditinggalkan itu dan dibawa ke rumah sakit terdekat Pedang Besar.

Sekitar 200 tentara, polisi dan petugas penyelamatan berada di tempat itu pada Jumat, kata Sathit Kamsuwan, relawan penyelamatan.

Penemuan itu menyoroti sifat keji perdagangan manusia, tempat ratusan diyakini tewas di sarang atau di laut.

Setiap tahun, ribuan manusia perahu Rohingya dan Bangladesh tiba di Thailand, dibawa penyelundup. Banyak yang dibawa lewat darat ke sarang di hutan, tempat pedagang itu menuntut tebusan untuk menyelundupkan mereka ke selatan melintasi perbatasan ke Malaysia.

Pada tahun lalu, Thailand diturunkan ke tingkat terendah pada laporan Perdagangan Manusia Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (TIP), yang setiap tahun membuat peringkat negara dengan upaya menumpas perdagangan manusia.

Pihak berwenang Thailand pada akhir Maret mengatakan menemukan 76 pendatang dari Myanmar, termasuk enam orang yang diduga warga Rohingya.

Kejadian itu diduga menjadi pertanda bahwa salah satu jalur penyelundupan tersibuk di Asia tersebut masih berkembang, meski Bangkok bertekad memberantas perdagangan manusia.

Pada Januari, 98 orang yang diduga warga Rohingya korban perdagangan, termasuk puluhan anak-anak, ditemukan dalam truk di Thailand selatan, demikian Reuters.

(Uu.B002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015