Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian dan Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengupas solusi untuk meningkatkan penyerapan karet alam domestik dalam Forum Group Discussion.

Forum bertema "Pengembangan Industri Hilir Karet Non Konvensional" ini diharapkan mampu mendongkrak penggunaan karet domestik, sehingga memberikan nilai tambah terhadap salah satu Sumber Daya Alam andalan Indonesia tersebut.

"Dalam FGD ini kami akan melihat apakah diperlukan insentif khusus untuk bisa mendorong penyerapan karet alam di Indonesia hingga 40 persen atau bahkan lebih," kata Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kemenperin Harjanto di Jakarta, Senin.

Harjanto mengatakan, menarik industri ban di dalam negeri menjadi salah satu solusi yang bisa diupayakan, mengingat 55 persen hasil karet Indonesia dimanfaatkan sebagai bahan baku industri ban nasional.

"Kami berharap ke depan banyak dibangun (pabrik ban) di dalam negeri dan ada peluang ekspor. Sekarang kan 55 persen, kalau bisa lebih kenapa tidak," ujar Harjanto.

Sementara itu, Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan, BPPT akan memberikan dukungan teknologi dalam beberapa hal, misalnya meningkatkan produktivitas karet Indonesia, melalui teknologi rekayasa bioteknologi tanaman karet seperti yang telah dilakukan di Balai Biotek BPPT.

Selain itu, tambahnya, adanya fasilitas laboratorium untuk melakukan pengolahan dan analisa kompon karet.

"Sistem Informasi Karet Nasional (SIKANAS) yang dikembangkan merupakan cikal bakal Advance Rubber Technology Center, yang terdapat di Pusat Teknologi Material (PTM) BPPT berkerja sama dengan Dewan Karet Indonesia," kata Unggul.

BPPT, lanjut Unggul, juga akan melakukan pengembangan produk hilir karet, salah satunya "rubber air bag" dan "pipa apung" yang telah dihasilkan oleh Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) BPPT yang telah bersertifikas SNI.

"Dilakukan juga 'reverse engineering' ban vulkanisir pesawat oleh Pusat Teknologi Material (PTM) BPPT dan diharapkan kerja sama dengan PT Gajah Tunggal segera terwujud," ujar Unggul.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015