London (ANTARA News) - Lleyton Hewitt mengaku menahan air matanya setelah mantan juara Wimbledon ini takluk lima set dari Jarkko Nieminen Senin waktu Inggris.

Hewitt memulai tour perpisahannya dari dunia tenis sebelum pensiun setelah Australia Terbuka tahun depan. Dia tadinya berharap sukses pada penampilan ke-17 dan terakhirnya di All England Club, tapi malah kalah 3-6, 6-3, 4-6, 6-0, 11-9 dalam pertandingan empat jam.

Gagal bertemu petenis nomor satu dunia Novak Djokovic pada babak kedua, Hewitt mengakut tak ingin menangis.

"Saya tak mudah menangis. Saya tak menangis hari ini, jika itu yang Anda tanyakan," kata Hewitt. "Tapi penonton dan semuanya begitu fantastis."

Hewitt, yang lama didera cedera dan peringkatnya terjun sampai 118 sejak menjadi juara Wimbledon pada 2002, senang telah tampil bagus pada pertandingan terakhirnya di turnamen Grand Slam favoritnya ini.

Kendati kalah enam kali dari tujuh pertandingan yang dijalaninya pada 2015, Hewitt mendapat wildcard pada Wimbledon kali ini yang membuatnya berkesempatan bernostalgia di All England Club bersama istrinya Bec dan tiga anak mereka.

"Anak-anak sudah cukup besar untuk memahami apa arti turnamen ini dan semua orang di ruang ganti serta klub telah begitu baik kepada kami," kata dia.

Hewitt menjuarai AS Terbuka pada 2001 dan setahun kemudian Wimbledon, namun kalah pada final AS Terbuka dan Australia Terbuka tahun berikutnya, sebelum diserang cedera yang membuat karirnya nyaris berakhir.

Namun manakala ditanya apa yang paling membahagiakan dalam karirnya, dia menjawab, "Jelas untuk sekarang ini adalah bisa bersama istri cantikku dan tiga anakku."

"Sulit memang untuk menang. Anda mempersembahkan seluruh hidup Anda untuk memiliki kesempatan bermain pada Minggu terakhir di sini di Wimbledon, mendapat peluang mengangkat trofi. Tak ada yang benar-benar bisa disandingkan dengan ini di tenis."

Hewitt masih akan tampil di Wimbledon bersama pasangan gandanya, si remaja Australia Thanasi Kokkinakis. Tapi Hewitt tahu masa karirnya di lapangan rumput di London timur laut ini telah berakhir.

"Bahkan kemarin saya begitu saja keluar dan berdiri di Centre Court, mencerap dan mendengarkan musik di sini.  Bagi saya ini adalah rumahnya tenis. Saya tak mendapatkan perasaan sama seperti di sini saat jalan-jalan di lapangan lainnya di dunia."

"Saya sangat beruntung bisa bisa masuk ruang ganti kapan pun saya suka. Itulah yang membuat saya selalu kembali dan menikmatinya bertahun-tahun," tutup dia seperti dikutip AFP.





Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015