Yogyakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta memperkirakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tidak memengaruhi okupansi perhotelan di daerah itu.

"Dengan pelemahan itu pengunjung hotel dari mancanegara tidak lantas meningkat. Sebaliknya pengunjung lokal juga tidak lantas anjlok," kata Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Herman Toni di Yogyakarta, Selasa.

Berdasarkan kurs Jisdor (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) Bank Indonesia (BI) pada Selasa (24/8), rupiah kembali melemah menjadi Rp14.067 per dolar AS dibandingkan dengan hari sebelumnya Rp13.998 per dolar AS.

Menurut dia, pelemahan nilai tukar rupiah tidak lagi membawa angin segar bagi peningkatan jumlah pengunjung mancanegara sejak pemerintah mewajibkan seluruh transaksi pembayaran di hotel dalam negeri menggunakan rupiah per 1 Juli 2015.

"Sejak kami semua tidak boleh (transaksi, red.) pakai dolar, maka semua itu (perubahan nilai tukar rupiah, red.) tidak lagi berpengaruh," kata dia.

Sebaliknya, ia mengatakan, jumlah pengunjung dalam negeri juga diyakini tidak akan mengalami penurunan, sebab tarif sewa kamar hotel diperkirakan akan tetap stabil, kendati beberapa kebutuhan pokok yang didatangkan dari luar negeri mengalami kenaikan terdampak penguatan dolar AS.

"Belum berencana akan menaikan tarif, sehingga kami harapkan jumlah pengunjung atau wisatawan domestik tidak anjlok," kata dia.

Herman mengatakan sejak awal Agustus 2015, okupansi atau tingkat hunian rata-rata kamar hotel berbintang di DIY cukup landai, yakni berkisar 40-50 persen, hotel melati 20-30 persen.

Selain tidak terpengaruh penguatan dolar AS terhadap rupiah, katanya, hal itu disebabkan saat ini telah memasuki musim sepi pengunjung.

"Musim liburan kan sudah selesai baik untuk wisatawan lokal maupun mancanegara," kata Herman Toni.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015