Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan 25 pesawat terbang dan helikopter untuk operasi udara pemadaman api dan asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan.

"Total ada 25 pesawat dan helikopter bom air untuk operasi udara, yaitu 19 helikopter, dua pesawat terbang Air Tractor, dan empat pesawat hujan buatan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Senin. 

Ke-19 helikopter itu disebar. Tiga unit di Riau, Jambi (empat), Sumatera Selatan (lima), Kalimantan Barat (dua), Kalimantan Tengah (tiga), dan Kalimantan Selatan (dua). Dua pesawat Air Tractor dari Kementerian LHK ditempatkan di Sumatera Selatan, sedangkan empat pesawat hujan buatan digelar di Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. 

Operasi udara itu yang terbesar dibandingkan 2014 dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan. 

Pada 2014, operasi udara hanya didukung 12 helikopter dan tiga pesawat terbang untuk hujan buatan.

Sedangkan untuk operasi darat, saat ini dikerahkan 20.837 personel tim gabungan dari BNPB, BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api dan lain-lain. 

Sebanyak 3.773 personil TNI dari pusat diperbantukan di Riau 1.444 personel, Sumsel 1.294 personel, Kalteng 500 personel, dan Kalsel 535 personel. Sedangkan Polri dari satuan Brimob dan Penyidik dari pusat yang dikerahkan 770 personel.

"Cuaca yang kering, terbatasnya air dan sarana prasarana serta luasnya wilayah yang terbakar menjadi kendala dalam pemadaman," kata dia. 

Api yang sudah padam terbakar kembali karena gambut terbakar di bawah permukaan. Selain itu, pembakaran juga masih terjadi di lahan pertanian, perkebunan dan semak belukar. Kondisi demikian menyebabkan jarak pandang pendek.

Pada Senin (28/9) pukul 15.00 WIB, jarak pandang di Palangkaraya tercatat 400 meter, Muara Teweh 100 meter Pontianak 600 meter Jambi 400 meter Pekanbaru 1.000 meter Rengat 300 meter Kerinci 400 meter dan Palembang 2 kilo meter. 

Kualitas udara yang diukur melalui Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Pontianak menunjukkan pada angka 705 atau berbahaya, Palangkaraya juga berbahaya, Palembang 261 atau sangat tidak sehat, dan Pekanbaru 208 atau tidak Sehat.

Diprediksi, ancaman kebakaran hutan dan lahan berpotensi masih akan terjadi hingga akhir November 2015. "Itu akan berlangsung jika pencegahan tidak dilakukan dengan keras dan tegas," pungkas Nugroho. 

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015