Harapan kita semua tentu ingin masalah karthutla ini cepat selesai dan bisa bebas dari kabut asap
Palembang (ANTARA) - Aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Kota Palembang, Sumatera Selatan, terganggu akibat kabut asap dampak dari karhutla.

Executive General Manager SMB II Palembang Iwan Winaya saat diwawancara di Palembang, Selasa, mengatakan salah satu penerbangan yang ditunda itu adalah rute Pangkal Pinang tujuan Palembang akibat kabut asap.

"Seharusnya mendarat sekitar pukul 11.50 WIB, tetapi karena jarak pandang hanya 800 meter membuat pilot dari maskapai penerbangan JT 143 Lion Air memutuskan untuk mengalihkan penerbangan yakni ke Batam," katanya.

Lebih lanjut, ia menyebut sejak pukul 06.00 WIB sebenarnya jarak pandang masih dalam kondisi normal yakni jangkauan empat kilometer. Namun, ketika akan mendarat jarak pandang menurun hingga di bawah 800 meter.

"Saat ini pesawat JT 143 Lion Air tengah mempersiapkan untuk kembali take off dari Bandara Hang Nadim Batam menuju Palembang, mudah-mudahan sampai dengan nanti semuanya bisa sesuai dengan jadwal dan jarak pandang bisa di atas 800 meter," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penangulanggan Bencana Daerah Sumsel Iqbal Alisyahbana mengungkapkan untuk saat ini jumlah titik api telah mengalami penurunan dibandingkan dengan sebelumnya.

"Tetapi karhutla khususnya di Wilayah Ogan Komering Ilir (OKI) belum juga usai, update 31 Oktober jumlah sebaran hotspot sebanyak 431 titik dan paling banyak ada di OKI," ungkapnya.

Ia menambahkan jika jumlah keseluruhan titik api itu sebanyak 279 berada di wilayah OKI, yakni dengan rincian 157 titik di lahan gambut dan 122 titik di lahan mineral.

"Harapan kita semua tentu ingin masalah karthutla ini cepat selesai dan bisa bebas dari kabut asap, jadi aktifitas juga bisa kembali normal salah satunya untuk maskapai penerbangan," ucap dia.

Baca juga: Kementerian LHK segel dua lahan HGU terkait karhutla di Banjar Kalsel
Baca juga: KLHK rekomendasikan perpanjangan TMC atasi Karhutla di Sumatera

 

Pewarta: Ahmad Rafli Baiduri
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023