Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Perminyakan Kurtubi menilai pemerintah dapat menurunkan harga bahan bakar minyak sebesar Rp1.000 per liter dengan memperhitungkan harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah.

"Dengan posisi harga minyak mentah 50 dolar/bbls, dengan nilai kurs rupiah Rp15.000/dolar, BPP BBM menjadi sekitar Rp6.600/ltr. Ada ruang untuk menurunkan harga BBM sebesar Rp1.000 per liter," kata Kurtubi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.

Seiring dengan terus anjloknya harga minyak mentah dunia, anggota komisi VII DPR itu mengatakan pemerintah dapat menurunkan harga BBM.

Menurut Kurtubi, penurunan harga BBM dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional karena akan meningkatkan daya beli masyarakat di tengah kelesuan ekonomi dunia seperti sekarang.

"Yang pasti akan meningkatkan konsumsi sekaligus pertumbuhan ekonomi. Lebih penting lagi karena saat ini belanja dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta government spending pemerintah sudah mulai cair," kata dia.

Selain BBM, ia mengusulkan harga gas dan tarif listrik juga turun karena batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan BBM untuk Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Diesel (PLTD) juga sudah lama turun.

Jika hal tersebut dilakukan, ujar dia, maka industri akan tumbuh lebih bagus dan dapat menciptakan lapangan kerja baru sehingga diharapkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2016 sudah bisa di atas 5 persen.

Sementara itu, Ketua BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) bidang SDA, Energi dan Lingkungan Hidup Andhika Anindyaguna mengatakan mendukung pemerintah menurunkan harga BBM dengan catatan pemerintah juga mendorong penggunaan bahan bakar lain.

"Memang harusnya harga BBM melihat perkembangan harga minyak dunia turun disesuaikan, tetapi juga penting melakukan strategi tidak bergantung bahan bakar minyak terlalu banyak," tutur dia.

Ia mencontohkan sumber daya lain yang dapat didorong pemerintah adalah gas, selain untuk kebutuhan sehari-hari juga untuk transportasi.

Sedangkan Pertamina lebih mendorong penurunan harga solar daripada premium dengan pertimbangan solar lebih mampu memberikan stimulus dibanding premium karena 90 persen solar digunakan untuk transportasi barang dan penumpang dan hanya 10 persen solar yang dikonsumsi kendaraan pribadi.

Untuk premium, 91 persen dari total pembelian dikonsumsi kendaraan pribadi dan kurang dari 10 persen yang digunakan transportasi barang dan penumpang.

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015